Curag Hujan Tinggi, Tanaman Tomat Busuk, Petani Merugi

Kamis 02-04-2020,06:56 WIB
Editor : ME

MAGELANGEKSPRES.COM,TEMANGGUNG – Tingginya curah hujan di wilayah Kabupaten Temanggung pada bulan Febuari hingga Maret 2020 lalu, menyebabkan ribuan tanaman tomat di Desa Wolodono Kecamatan Bulu busuk sebelum dipanen. Kondisi ini mengakibatkan petani harus menanggung kerugian yang cukup besar. Eko Gendut (38) salah satu petani di desa setempat menuturkan, sejak masa tanam pada awal bulan Maret lalu hujan tidak pernah berhenti, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman tomat tidak maksimal. Selain itu juga membuat daun membusuk dan kering. “Karena pertumbuhannya tidak maksimal, maka pembuahannya menjadi sangat terganggu,” keluhnya, Rabu (1/4). Tidak hanya itu, buah tomat pun busuk karena terserang penyakit. Padahal selama musim tanam hingga masa pembuahan sudah dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida. Dari lahan sekitar 4.000 meter persegi miliknya, setidaknya ditanami 7.500 batang tomat. Untuk bercocok tanam tomat sejumlah tersebut, setidaknya modal yang digunakan mencapai Rp5.5 juta. Baca juga OPD Corona di Wonosobo Capai 1.581 Orang “Modal itu saya gunakan untuk membeli pupuk kandang, plastik mulsa, bambu, obat-obatan pestisida, pupuk kimia dan untuk upah tenaga kerja,” terangnya. Beruntung katanya, lahan yang digunakan untuk bercocok tanam tomat itu merupakan miliknya sendiri, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk sewa lahan. Menurutnya, harga tomat saat ini cukup bagus yakni berkisar antara Rp3.000 hingga Rp5.000 per kilogram tergantung dari jenis dan kualitas tomat. Namun karena tomat miliknya kecil dan busuk maka tidak laku dijual. “Kalau buahnya bagus paling tidak sekali panen bisa memetik 1.5 hingga 2 kuintal, tapi karena busuk tomat saya biarkan di pohon, karena dijual juga tidak laku,” keluhnya lagi. Untuk menutup modal kerugian tersebut, saat ini Eko sudah melakukan tumpang sari dengan menanam cabai di lokasi yang sama, dengan harapan pada musim tanam kali ini pertumbuhan cabai bisa lebih baik dari pada tomat. “Sebagian sudah saya cabuti dan saya ganti dengan cabai, siapa tahu nanti pada musim panen harga cabai lebih baik. Dengan begitu bisa menutup modal untuk penanaman tomat,” harapnya. Tidak hanya Eko saja yang mengalami hal serupa, Wisnu (32) petani lainnya juga mengalami hal yang sama, bahkan tanaman tomat milik Wisnu lebih parah dibanding tanaman tomat milik Eko. “Kalau punya saya rusaknya lebih parah, hampir 50 persen dari 4.000 tanaman tomat milik saya mati dan tidak berbuah,” ungkapnya. (set)

Tags :
Kategori :

Terkait