MAGELANGEKSPRES.COM, PURWOREJO - Pertunjukan atraksi satwa Lumba-lumba di lapangan Garnizun Purworejo mendapat aksi penolakan dari para aktivis pecinta satwa di Kabupaten Purworejo melalui demo dan media sosial. Namun, pihak penyelenggara tetap kekeuh menggelar pertunjukan tersebut mulai 5 April hingga 5 Mei 2019 mendatang. Bahkan, dengan adanya penolakan tersebut jumlah penonton semakin meningkat ditengarai karena banyak masyarakat penasaran. Informasi yang dihimpun menyebut, hampir tiap malam pertunjukan tersebut ramai diserbu penonton, utamanya kalangan anak-anak. Diketahui, melalui media sosial para aktivis peduli satwa menyuarakan bahwa pertunjukan lumba-lumba tersebut merupakan bentuk dari eksploitasi hewan yang seharusnya dilindungi. Mereka menolak praktik yang dianggapnya kejam ini karena satwa liar tidak seharusnya dikurung. Satwa liar lebih indah di habitat aslinya, kelestarian ekosistem lebih penting dari pada kepentingan bisnis. Memperbudak satwa bukanlah edukasi, eksploitasi bukanlah edukasi, menghitung, melompat, membawa gerobak, berfoto dan segala atraksi di dalam sirkus bukanlah perilaku alami satwa. Namun, hasil pelatihan dengan metode lapar yang kejam. Mereka akan terus melakukan aksi tersebut, hingga pertunjukan sirkus lumba-lumba tersebut dihentikan Menanggapi hal itu, Ahmad Hadi selaku penyelenggara pertunjukan pentas lumba-lumba dari CV Andita Pro yang bermitra dengan PT Taman Jaya Ancol Jakarta menjelaskan, penolakan pentas lumba-lumba yang dilakukan para aktivis pencinta binatang merupakan hal yang wajar. Aksi itu kerap terjadi di mana ada pentas lumba-lumba, tak terkecuali di Purworejo. “Tidak ada masalah dan tidak ada pengaruhnya, saya justru berterima kasih kepada para sktivis yang peduli, karena dengan adanya demo yang dilakukan para aktivis, kita ambil dari sisi positifnya saja. Kita akan lebih berhati-hati dalam memperlakukan dan merawat lumba-lumba supaya jangan sakit dan selalu merawat dengan baik, karena memang lumba-lumba sebagai hewan yang dilindungi,” jelas Ahmad Hadi saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Sabtu (13/4). Menurut Ahmad Hadi, sebenarnya pentas lumba-lumba ini adalah milik Pemerintah DKI Jakarta yaitu PT Ancol, jadi saya persilahkah mereka para aktivis untuk menyampaikan aspirasinya ke PT Ancol selaku pemilik Lumba-lumba, karena kita selaku rekanan juga mengantongi surat ijin lengkap. Sebetulnya kalau mau protes yang benar langsung ke Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Saya juga pecinta satwa, karena itu saya justru berharap teman- teman di Purworejo yang suka satwa dan memilikinya mari kita bergabung untuk melatih dan mengedukasikan binatang yang kita miliki untuk diperkenalkan ke masyarakat,” tandasnya. Ahmad Hadi berharap, ke depan Kabupaten Purworejo memiliki tempat pariwisata seperti Kebun Binatang dan bahkan bila mungkin karena Purworejo dekat dengan laut juga bisa menjadi tempat penangkaran lumba-lumba seperti di WSI Kendal dan Dolphin Center di Batang, Jawa Tengah. (top)
Ditolak Aktivis Satwa, Pertunjukan Lumba-Lumba Tetap Berlanjut
Senin 15-04-2019,19:34 WIB
Editor : ME
Kategori :