Hadapi Produk Impor, Perajin Alat Pertanian Lokal Kelimpungan

Rabu 08-07-2020,02:56 WIB
Editor : ME
Hadapi Produk Impor, Perajin Alat Pertanian Lokal Kelimpungan

MAGELANGEKSPRES.COM,PURWOREJO – Para perajin alat pertanian berupa sabit dan cangkul lokal berharap pemerintah dapat membantu mengangat kembali sektor kerajinan tersebut. Pasalnya, belakangan ini mereka cukup kelimpungan melakukan pemasaran seiring banyaknya produk impor. Salah satu perajin alat pertanian legendaris yang masih eksis berprosuksi yakni Pande Pacul Wojo Jero Widodo di Dusun Krandegan Desa Kalisemo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo. Sudah turun-temurun usaha pande besi tersebut dijalankan Usaha itu kini dijalankan oleh Slamet Widodo yang merupakan generasi ke-4. Saat ini ia hanya lebih memproduksi alat-alat pertanian, seperti cangkul, sabit, linggis dan sebagainya. Menurutnya, produksi kerajinan besi sudah sudah dimulai sejak tahun 1975 oleh mbah Nursangit. Kemudian dilanjutkan oleh Mbah Murjo, Mbah Kartodinomo hingga sampai dirinya. “Desa Kalisemo ini memang terkenal dengan Desa pande besi, dulu kurang lebih ada 13 sentral pande besi di sini, tapi sekarang hanya tersisa 8 sentral yang masih produksi,” kata Slamet Widodo,  Senin (6/7). Ia menyebut, pada era globalisasi saat ini kian banyak produk impor dari berbagai negara masuk ke daerah. Kedatangan barang-barang itu dinilai telah meruntuhkan penjualan produk lokal sejenis. \"Padahal pacul (cangkul.red) daerah kita ini kualitasnya berani bersaing,\" sebutnya. Selain adanya pembatasan produk impor, pihaknya meminta agar pemerintah membantu alat produksi. Perhatian dari pemerintah perlu untuk menekan ongkos produksi sehingga harga jual produk lokal dapat lebih bersaing. \"Dulu pernah dibantu pemerintah alat blower. Namun, tenaga untuk menempa masih manual, kami harapkan juga ada bantuan alat tempa,\" harapnya. Saat ini, pande besi Slamet Widodo masih mengandalkan tenaga manual. Namun, dalam satu bulan ia mampu memproduksi lebih kurang 300 barang. “Untuk penjualan kita bisa sampai Jogjakarta, Muntilan, Jepara hingga luar Jawa, kalau ada pesanan. Tapi memang sekarang semakin sulit karena banyak produk impor di mana-mana,” ungkapnya. (top)

Tags :
Kategori :

Terkait