Harga Cabai di Pasar Tradisional Temanggung Masih Enggan Turun

Jumat 07-02-2020,02:59 WIB
Editor : ME

MAGELANGEKSPRES.COM,TEMANGGUNG - Harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Temanggung sepertinya masih enggan turun. Selama beberapa pekan terakhir ini harga cabai masih bertahan tinggi, kondisi ini justru tidak menguntungkan bagi pedagang. Maemunah, salah salah satu pedagang cabai di Pasar Kliwon Rejo Amertani Temanggung menuturkan, kenaikan harga cabai merupakan siklus tahunan dan diperkirakan akan terus berlangsung hingga Hari Raya Idul Fitri 2020. Menurutnya, sekitar tiga pekan lalu harga cabai rawit merah atau cabai sret masih di kisaran Rp40 ribu per kilogram. Sepekan kemudian harganya melonjak menjadi Rp60 ribu per kilogram. Setelah itu hampir setiap hari naik Rp 2.000 per kilogram. Saat ini, Kamis (6/2) harga cabai sret sudah mencapai Rp85 ribu per kilogram. \"Dua hari lalu harga cabai sret sempat turun Rp 1.000 per kilogram. Namun kemudian naik lagi menjadi Rp85 ribu per kilogram,\"terang Maemunah, Kamis (6/2). Kenaikan harga juga terjadi pada cabai keriting merah kualitas nomor satu atau premium, yakni dari Rp80 ribu per kilogram pada pekan lalu menjadi Rp85 ribu per kilogram saat ini. Cabai merah keriting kualitas di bawahnya ditawarkan dengan harga Rp70 ribu per kilogram. Sedangkan cabai keriting hijau dan cabai rawit hijau masing-masing stabil diharga Rp24 ribu dan Rp35 ribu per kilogram. Baca Juga Ribuan Gelar Mujahadah, Bersiap Hadapi Sidang Putusan Ganti Rugi Lahan Bendungan \"Memang dapat barangnya susah. Biasanya saya mendapat pasokan cabai dari lokal Temanggung rata-rata 4 kilogram per jenis per hari. Belakangan ini hanya mendapat pasokan antara dua hingga tiga kilogram per jenis per hari,\"kata Maemunah. Maemunah mengungkapkan, pada tahun lalu kenaikan harga tertinggi untuk cabai sret mencapai Rp135 ribu per kilogram, dan harga tertinggi untuk cabai keriting merah mencapai Rp100 ribu per kilogram. \"Tahun ini harga cabai juga mulai naik sejak tahun baru. Diperkirakan sampai lebaran akan terus naik. Biasanya memang begitu setiap tahun selalu naik dan terus naik hingga lebaran,\"kata Maemunah. Sebagai pedagang kecil, Maemunah merasa kawatir dengan kondisi permainan harga cabai yang tidak menentu. Ia takut jika tiba-tiba harga cabai jatuh, sementara ia telah menyetok cabai saat harga masih tinggi. Untuk mengantisipasi agar ia tidak merugi terlalu banyak saat harga cabai tiba-tiba jatuh, maka ia menyiasatinya dengan mengurangi pasokan barang. \"Tahun lalu juga begitu, rugi cukup banyak. Soalnya pas kulakan harganya sudah tinggi, lalu tiba-tiba harga jatuh dan terpaksa harus menjualnya dengan harga lebih murah. Jadi sekarang kulakannya dikurangi rata-rata dua kilogram per jenis cabai,\"ujar Maemunah. Lilik, pedagang lainnya mengaku telah menjual cabai sret dengan harga Rp85 ribu per kilogram dalam tiga hari terakhir. Sama seperti pedagang lainnya, ia pun mengurangi pasokan barang lantaran takut merugi jika harga cabai tiba-tiba jatuh. Baca Juga Tebing Longsor, Jalur Wonosobo-Purworejo Lumpuh \"Lagi pula sekarang memang susah dapat barangnya. Saat harga cabai masih di kisaran Rp40 ribu hingga Rp60 ribu per kilogram, ia berani memasok cabai rata-rata 3 kilogram per hari. Namun saat harga cabai sudah mencapai Rp85 ribu per kilogram seperti saat ini maka ia pun mengurangi pembelian menjadi hanya di kisaran 1 kilogram hingga 2 kilogram saja per hari,\" kata dia. Ia menuturkan mahalnya harga cabai ini justru tidak menguntungkan bagi pedagang, sebab selain omset penjualan menurun resiko yang dihadapi pedagang juga lebih tinggi. \"Omset penjualan sudah pasti menurun, harga cabai ini kan tidak menentu bisa jadi hari ini harganya Rp85 ribu per kilogram, besok harganya sudah turun menjadi Rp40 ribu, maka dari itu resikonya juga besar,\" ujarnya. (set)

Tags :
Kategori :

Terkait