Minim Siswa, SMPN 2 Kejajar Wonosobo Terancam Tutup

Kamis 30-01-2020,01:59 WIB
Editor : ME

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO- SMPN 2 Kejajar yang berada di Dieng terancam tutup. Sekolah negeri di ujung utara Kabupaten Wonosobo itu, dalam beberapa tahun ini tidak mengalami peningkatan jumlah siswa. Bahkan tiga ruang yang ada sudah tidak terpakai lagi. “Ada laporan bahwa SMPN 2 Kejajar minim siswa. Beberapa ruang bahkan tidak terpakai, maka kami pantau kondisinya,” ungkap Ketua Komisi IV DPRD Wonosobo, Ahmad Faizun, kemarin usai sidak di sekolah tersebut. Menurutnya, dari hasil sidak kondisi fisik sekolah cukup baik, tapi banyak ruang yang tidak terpakai, seperti tiga ruang kelas dan beberapa ruang pendukung. Sedangkan untuk kegiatan belajar mengajar siswa masih berjalan normal. “Kami melihat kegiatan belajar mengajar masih normal, hanya memang terlihat sepi, karena siswanya tidak begitu banyak,” ucapnya. Baca Juga Polisi Masih Buru Tersangka Perusakan Rumah di Temanggung Pihaknya juga menerima informasi bahwa siswa yang saat ini menjadi peserta didik di SMPN 2 Kejajar justru tidak dari desa-desa di sekitar kawasan dataran tinggi Dieng yang masuk Kecamatan Kejajar,  namun  dari luar. Bahkan  70 persen berasal dari Kabupaten Batang dan Banjarnegara. “Kami berharap pihak sekolah untuk lebih kreatif dan inovatif, termasuk sejumlah gagasan untuk bekerjasama dengan pondok pesantren,” katanya. Sementara itu, Kepala SMPN 2 Kejajar, Rifia Farichatulailah mengemukakan, jumlah peserta didik di SMPN 2 Kejajar per 27 Januari 2020 sebanyak 153 anak. Meliputi, kelas VII satu kelas sebanyak 23 anak, kelas VIII dua ruang sebanyak  68 anak dan kelas IX sebanyak 2 ruang  dengan jumlah peserta didik 62 anak. “Jika melihat kondisi tersebut memang belum ideal, karena setiap rombel sebanyak 32 anak dan jumlahnya 7 rombel atau sejumlah 225 anak,” katanya. Di sisi lain, melihat data sisiwa kelas VI di daerah binaan atas Kecamatan Kejajar, meliputi SD Sembungan, MI Sembungan, SD Sikunir 1 Dan 2, SD Dieng Wetan , MI Kalilembu, MI Banteng , SD Jojogan dan SD Patak Banteng  sebanyak 146 anak, belum bisa dipastikan melanjutkan ke SMP tersebut. “Dari wawancara yang dilakukan, calon peserta didik baru itu akan melanjutkan ke luar kota dan mondok di luar kota. Sebab, ada tradisi atau kepercayaan masyarakat, lebih gaya jika menyekolahkan di luar daripada di Dieng,” ucapnya. Menurutnya, minat anak Dieng untuk melanjutkan sekolah ke SMPN2 Kejajar, terhitung rendah, bagi warga yang mampu akan menyekolahkan di luar Dieng sedangkan yang lain memilih mondok. Meskipun di pondok hanya bertahan 2 minggu, lalu kembali ke rumah, namun mereka juga tidak melanjutkan sekolah. “Bahkan kami pernah melihat sekitar 15 anak tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih atas termasuk mondok, dari laporan warga yang kami terima. Mereka hanya betah mondok selama dua minggu lalu pulang, tapi tidak sekolah lagi,” katanya. Berbagai upaya sudah dilakukan, diantaranya mengandeng masyarakat tan tokoh agama untuk mendorong anak bersekolah di SMPN 2 Kejajar, membuka pendaftaran lebih awal serta menggandeng jajaran forkompimca dan perusahaan untuk gelar sosialisasi bersama. “Kita minta masukan dari masyarakat, dan tokoh agama, kita juga gandeng forkompimca untuk sosialisasi, namun belum ada perubahan signifikan. Bahkan pada penerapan sistem zonasi beberapa waktu lalu, kami hanya mendapatkan 17 siswa saja,” pungkasnya. (gus)

Tags :
Kategori :

Terkait