PTM Terbatas di Kota Magelang Kembali Berlaku Dua Shift

Sabtu 26-03-2022,07:00 WIB
Editor : ME

KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM - Masa pembelajaran tatap muka (PTM) di Kota Magelang kembali diubah sejak daerah ini memberlakukan PPKM level 3. PTM dilakukan dengan kapasitas 50 persen dengan 2 shift masuk. Hal itu dilakukan menyesuaikan kasus Covid-19 yang terus terus melandai di Kota Sejuta Bunga. Sebelumnya, selama PPKM level 4, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) setempat menghentikan seluruh PTM dan menggantinya dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ). \"Dengan diberlakukannya sistem shift dan PTM 50 persen, maka semua siswa sebenarnya sudah menerapkan PTM 100 persen. Hanya untuk jam pelajaran mereka yang dikurangi. Masing-masing shift hanya 4 jam pelajaran. Satu jam pelajaran sama dengan 30 menit,\" kata Plt Kepala Disdikbud Kota Magelang, Papa Riyadi kepada wartawan, Jumat (25/3). Dia menjelaskan, keputusan mengaktifkan kembali PTM terbatas ini atas restu dari Satgas Covid-19. Terlebih jangkauan vaksinasi bagi peserta didik sudah mencapai 97 persen di Kota Magelang. \"Untuk teknis PTM di sekolah, kita serahkan inovasi dan kreasinya berdasarkan kesepakatan pihak sekolah dan komite. Termasuk orangtua siswa. Jika mereka tidak setuju anaknya PTM, maka akan dilayani dengan PJJ,\" ujarnya. Ia menilai bahwa keputusan penerapan PTM ini menyusul Kota Magelang yang sudah berada di level 3 PPKM. Sesuai ketentuan dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia atau SKB 4 Menteri, maka daerah dapat menggelar PTM terbatas. \"Selain itu di dalam Surat Edaran ini juga dijelaskan bahwa orangtua/wali peserta didik diberikan pilihan untuk mengizinkan anaknya mengikuti PTM terbatas atau PJJ,\" ujarnya. Disdikbud Kota Magelang, kata dia, bertugas untuk memastikan penerapan protokol kesehatan secara ketat dilakukan oleh satuan pendidikan. Di samping itu, mereka juga melakukan pengawasan pelaksanaan survei perilaku kepatuhan terhadap protokol kesehatan serta surveilans epidemiologis di satuan pendidikan. Dia menilai, untuk PTM saat ini pihaknya tidak memberlakukan lagi metode pengetesan swab acak bagi peserta didik. Pihaknya juga tidak memberlakukan sistem work from home (WFH) bagi para tenaga pendidik alias semua guru harus work from office (WFO). \"Karena para guru ini rata-rata sudah mendapatkan booster. Kalau anak-anaknya saja pada masuk, masak gurunya libur. Terus untuk sampling swab, sejauh ini belum ada arahan dari Dinas Kesehatan,\" katanya. Papa mengatakan bahwa PTM terbatas memang mendesak diberlakukan. Sebab, sudah lebih dari dua tahun anak-anak ini sangat kesulitan mendapatkan materi pembelajaran sehingga kesannya pendalaman ilmu yang mereka miliki saat ini masih sangat jauh jika dibandingkan dengan tahun ajaran sebelum pandemi. \"Meskipun ada kurikulum darurat, tetapi dampak secara psikisnya tetap dirasakan peserta didik dan orangtua siswa. Saya dan semuanya tentu berharap, Covid-19 ini segera sirna, dan status pandemi segera menjadi endemi, sehingga suasana pembelajaran bisa normal kembali. Tidak ada kemunduran di dunia pendidikan kita,\" ungkapnya. (wid)

Tags :
Kategori :

Terkait