MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia kembali surplus di Juli 2020 sebesar USD3,26 miliar secara bulanan. Angka ini lebih rendah dari Juni 2020 yang surplus sebesar USD1,27. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, secara total neraca perdagangan surplus USD8,75 miliar pada Januari hingga Juli 2020. \"Surplus ditopang oleh peningkatan ekspor pada Juni 2020 dan impor yang turun,\" katanya, Selasa (18/8). Dia menjelaskan, surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai USD13,73 miliar atau naik 14,33 persen dari Juni 2020. Sementara nilai impor hanya mencapai USD10,47 miliar atau naik 2,73 persen dari bulan sebelumnya. \"Rinciannya, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) USD700 juta miliar atau naik 23,77 persen dari bulan sebelumnya. Sementara ekspor nonmigas sebesar USD13,03 miliar atau meningkat 13,86 persen,\" ujarnya. Lanjut dia, peningkatan ekspor nonmigas disumbang oleh ekspor industri pertanian 24,1 persen menjadi USD350 juta dan industri pengolahan naik 16,95 persen menjadi USD11,28 miliar, sedangkan industri pertambangan turun 7,83 persen menjadi USD1,39 miliar. \"Jadi, total kinerja ekspor nonmigas masih menopang sekitar 94,87 persen dari total ekspor Indonesia pada bulan lalu,\" ucapnya. Peningkatan ekspor juga terjadi di logam mulia, lemak dan minyak hewan nabati, kendaraan dan bagiannya, besi dan baja, serta mesin perlengkapan elektrik. \"Sementara komoditas yang turun nilai ekspornya adalah timah, pupuk, bahan kimia organik, serta plastik dan produk turunan plastik,\" ungkapnya. Peneliti ekonomi senior Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi sebelumnya memprediksi neraca perdagangan di bulan Juli 2020 masih akan surplus USD1,1 miliar. Ini karena disebabkan nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan nilai impor pada bulan lalu. \"Diperkirakan untuk ekspor sebesar USD12,9 miliar dan impor USD11,8 miliar,\" katanya. Dia menyebut, peningkatan ekspor terutama didorong oleh peningkatan permintaan dari negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia, seperti Cina, Uni Eropa, dan ASEAN. Selain itu, menurut dia, didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas, utamanya peningkatan harga minyak dan Crude Palm Oil (CPO). Sementara itu, nilai impor juga diproyeksikan juga akan meningkat sebesar 9,4 persen secara bulanan. Peningkatan ini sebagai akibat perusahaan-perusahaan yang sudah mulai berproduksi dan mengimpor bahan baku. Senada, ekonom Bank Central ASia (BCA) David Sumual juga sebelumnya memprediksi neraca dagang pada bulan Juli 2020 masih akan surplus. Surplus masih akan bergerak di kisaran USD1 miliar. \"Angkanya masih sama pada bulan Juni 2020. Saya melihat ada peningkatan ekspor,\" katanya. Dikatakan, peningkatan ekspor disebabkan perbaikan harga komoditas seperti komoditas tembaga, mineral, nikel, dan juga CPO. Sedangkan kata David, nilai impor masih akan rendah. Ini disebabkan masih landainya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga menekan nilai impor. Namun, dia memperkirakan, kinerja ekspor dan impor masing-masing akan menurun dibandingkan periode Juli 2019. \"Dibandingkan tahun lalu, kemungkinan lebih rendah, baik ekspor dan impor karena aktivitas ekonomi masih lemah,\" tambahnya. (LIHAT INFOGRAFIS) Seperti diketahui, surplus neraca dagang pada Juni 2020 disebabkan peningkatan baik ekspor maupun impor dengan total nilai ekspor yang lebih besar daripada impor. Nilai ekspor pada Juni 2020 lalu sebesar USD12,03 miliar atau naik 15,09 persen secara bulanan. Peningkatan ini ditopang naiknya nilai ekspor migas maupun non migas. Sementara itu, nilai impor pada Juni 2020 tercatat sebesar USD10,76 miliar atau meningkat 27,56 persen secara bulanan. Peningkatan nilai impor ini didorong oleh peningkatan nilai impor baik itu konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal. (din/fin)
Surplus Neraca Dagang RI Berlanjut
Rabu 19-08-2020,03:14 WIB
Editor : ME
Kategori :