TEMANGGUNG - Basuh dan bersih diri menjadi tradisi warga Desa Banjarsari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung di bulan besar (dalam penanggalan Jawa). Tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur warga di lereng Gunung Sindoro atas mata air yang melimpah dan kesehatan serta keselamatan menghadapi pandemi COVID-19.
Tradisi turun temurun warisan budaya nenek moyang ini memang sengaja digelar di Sendang Sengon (mata air), karena sendang ini salah satu mata air di desa setempat yang tidak pernah mengering meskipun musim kemarau melanda. Dalam tradisi ini setidaknya ada tujuh gunungan yang terbuat dari hasil bumi masyarakat desa setempat yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Gunungan yang dianggap sakral oleh warga ini sebelum diperebutkan oleh warga, diarak keliling desa setempat. Kemudian setelah sampai di Sendang Sengon ketujuh gunungan tersebut didoakan oleh tokoh agama dan masyarakat desa yang mayoritas memeluk agama Islam ini. Mereka melakukan ritual basuh dan bersih diri di sendang yang merupakan mata air utama milik warga Desa Banjarsari. Tidak hanya itu, mereka juga melepaskan ikan di sendang sebagai simbol air untuk kehidupan bagi seluruh mahkluk. Tradisi ini selain disebut sebagai sebagai tradisi Basuh Bersih Diri juga sebagai tradisi Nyadran Lepen (sungai). Tradisi ini sudah digelar turun temurun, hanya saja saat pandemi Covid-19 melanda, tradisi yang melibatkan ribuan warga setempat ini dihentikan. "Selama pandemi tradisi ini sama sekali tidak digelar, dan setelah ada kelonggaran kami baru kembali memberanikan diri menggelar tradisi warisan nenek moyang kami," ungkap Joko Setiawan, warga Banjarsari. Tidak hanya tradisi ini saja yang dihentikan, pementasan kesenian tradisional juga sama sekali tidak pernah digelar selama pandemi Covid-19. Langkah ini sebagai salah satu upaya masyarakat untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Desa Banjarsari khususnya. "Kami juga membasuh wayang sebagai ungkapan telah dimulainya lagi pentas kesenian yang selama dua tahun ini vakum karena pandemi," tambahnya. Bupati Temanggung Muhammad Al khadziq mengatakan, kepatuhan masyarakat Temanggung selama pandemi Covid-19 harus dihargai, masyarakat sudah berusaha membantu menegakan aturan disiplin protokol kesehatan demi mencegah penyebaran Covid-19. "Saya sangat berterimakasih kepada masyarakat, selama pandemi masyarakat sudah menaati semua aturan, salah satunya dengan tidak menggelar kegiatan-kegiatan yang menimbulkan kerumunan," katanya. "Warga melakukan selamatan ini sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan karena memberi sumber mata air yang sangat berharga bagi kehidupan warga," imbuhnya. (set)