KOTA MAGELANG – Tumpahan cairan kimia yang diduga berasal dari salah satu perusahaan manufaktur di Kota Magelang, mencemari Kali Gandekan, Tidar Selatan, Magelang Selatan. Akibatnya aliran sungai sepanjang ratusan meter itu berbusa dan berubah warna. Tercemarnya aliran sungai juga menyebabkan ratusan ikan budidaya warga dan organisme liar mati mendadak.
Lurah Tidar Selatan, Tenny Iis Mulyadi menjelaskan hampir semua kolam ikan budidaya baik kelompok maupun pribadi terdampak. Tidak itu saja, ratusan belut liar terlihat mengambang di sepanjang aliran teknis irigasi itu. Kejadian ini diduga karena Kali Gandekan, sebagai satu-satunya sumber air budidaya ikan di kelurahan setempat tercemar bahan kimia.
”Air Sungai Gandekan tercemar, berbusa, diduga karena ada sabun. Memang ikan-ikan yang ada di wilayah Kampung Tidar Campur, Salakan, dan kampung lainnya di Tidar Selatan maupun Tidar Utar terdampak, sehingga mati mendadak,” kata Tenny, Jumat (15/7).
Membusanya aliran Kali Gandekan, terjadi pada Kamis (15/7) sekitar pukul 14.00 WIB. Sedangkan, ribuan ikan yang mati terjadi beberapa jam kemudian.
”Awalnya warga menemukan kalau aliran air Gandekan tercemar sabun, berbusa. Itu ikan-ikannya tidak langsung mati. Nah, baru sore harinya banyak yang sudah mengambang,” jelasnya.
Tenny menyebut, kawasan Tidar Selatan selama ini memang menjadi basis perikanan dan pertanian di wilayah Kota Magelang. Mudahnya teknis irigasi membuat warganya tak sedikit yang berprofesi sebagai petani maupun peternak ikan.
”Khusus yang peternak ikan ini ada yang kelompok di bawah binaan Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) maupun yang pribadi. Tidak hanya kolam ikan, pemancingan milik warga juga terdampak. Saya hanya berharap, ini tidak memberikan dampak di kawasan pertanian,” ucapnya.
Hingga saat ini, laporan warga yang mengeluhkan ikan-ikan mereka mati mendadak terus bertambah di wilayah Tidar Selatan dan Tidar Utara. Tenny menyebut, pihaknya masih mendata berapa kolam ikan, tempat pemancingan, dan usaha lain yang terkena dampak akibat tercemarnya Sungai Gandekan.
”Kami masih menghitung dan mendata. Ini juga masih keliling bersama Dinas Lingkungan Hidup, Satpol PP, Disperpa, dan lainnya. Dugaan sementara, ikan-ikan yang mati ini mendapatkan pasokan air dari Sungai Gandekan, yang sudah kita runut. Tapi titik locusnya, kita belum tahu,” tandasnya.
Ketua RW 07 Kampung Tidar Krajan, Tidar Utara, Towil (66) menjelaskan, dampak Sungai Gandekan yang tercemar tak hanya membunuh ribuan organisme di kawasan Tidar Selatan saja. Di Tidar Utara, karena mendapatkan pasokan air dari sungai tersebut juga banyak yang mati mendadak.
”Terus terang kami tidak berani menjual ikan-ikan yang mati mendadak ini. Khawatir masih ada kandungan kimianya. Sebagian kita buang dan dikubur,” ujarnya.
Hampir semua kolam ikan dan pemancingan di RW 07, kata Towil, dikosongkan. Para pengurus kelompok tani dan pemilik kolam pribadi sepakat memutus aliran sambungan Kali Gandekan.
“Supaya sawah-sawah juga tidak tercemar. Karena warga pada takut. Tidak biasa terjadi fenomena seperti ini. Ikan lele, yang terkenal ampuh saja mati. Ratusan belut liar juga pada mati,” akunya. (wid)