PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Sebanyak 99 tumpeng dengan satu tumpeng agung (besar) diarak keliling Desa Benowo Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo dalam gelaran Grebeg Pangeran Benowo, Selasa (6/9). Grebeg Pangeran Benowo menjadi salah satu rangkaian dari tradisi tahunan di Desa Benowo, yakni Saparan atau Merti Desa.
Seribuan warga antusias mengikuti dan menyaksikan arak-arakan sejak siang hingga sore. Kemeriahan terlihat saat mereka berebut mengambil hasil bumi yang ada pada tumpeng agung. Setelah diarak, tumpeng-tumpeng kecil kemudian disajikan dan ditata dengan rapi di sebuah ruangan yang ada di lingkungan kantor Pemerintah Desa Benowo, untuk kemudian dimakan secara bersama-sama oleh para tamu undangan beserta warga.
Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Benowo, Khoirul Fata Rosadi, menyebut Grebeg Pangeran Benowo adalah sebuah upaya pihak desa untuk nguri-uri (melestarikan) tradisi di Benowo. Tumpeng pada acara itu sengaja dibuat hanya 99 buah agar sama dengan jumlah Asmaul Husna.
"Jadi kenapa 99 tumpeng itu, karena diambil dari Asmaul Husna, yang membuat itu semua masyarakat dari 7 Dusun," sebutnya.
Jenis Tumpeng dalam Grebeg ini tidak ditentukan alias bebas. Namun, isi tumpeng harus dari hasil bumi Desa Benowo.
"Karena filosofinya tumpeng itu biar makmur, itu namanya sedekah bumi," katanya. Khoirul Fata menjelaskan bahwa grebeg sengaja memakai nama salah satu tokoh putra dari Joko Tingkir (Sultan Pajang) yakni Pangeran Benowo. Tokoh ini adalah salah satu pendiri Desa Benowo. Makam atau petilasan Pangeran Benowo yang ada di Desa Benowo saat ini juga masih ramai dikunjungi peziarah.
"Acaranya sudah dari dulu, tapi untuk grebeg ini baru sekali ini, dan kedepan akan agendakan lagi, akan lebih meriah lagi, lebih terkonsep lagi. Ini akan menjadi agenda tahunan kami, akan jadi atraksi Desa Benowo, ini tetep saya dan teman-teman uri-uri terus," jelasnya.
Kepala Desa Benowo, Nuryanto mengungkapkan bahwa Merti Desa atau Saparan ini merupakan prosesi adat yang sudah menjadi tradisi sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan atas rezeki dan hasil panen selama satu tahun. Hasil bumi kemudian dijadikan tumpeng dan diarak keliling desa. Sebelum arak-arakan berlangsung, masyarakat Benowo terlebih dahulu ziarah ke tokoh-tokoh desa dan agama di Desa Benowo, termasuk ziarah makam Pengaran Benowo.
"Atas segala anugrah dan rasa syukur itu ditandai dengan wujud membikin 99 tumpeng dengan satu tumpeng utama yang berisi hasil bumi Desa benowo. Kirab tumpeng diiringi pula Drum Band Banser dari Desa Cacaban Kidul," ungkapnya.
Selain itu, banyak juga rangkaian acara dalam Saparan ini seperti pengajian, sholawatan, pentas seni Wayang, tari Gambyong, tari Kuda Kepang serta tari Topeng Ireng.
Kabid Kebudayaan Dindikbud Purworejo, Dyah Woro Setyaningsih, mengapresiasi upaya dari pihak desa serta masyarakat yang telah bersama-sama melestarikan tradisi setempat.
“Tradisi di Benowo ini bisa dikembangkan menjadi sebuah gelaran rutin yang berpotensi menarik wisatawan dan menjadi aset desa yang bermanfaat bagi masyarakat luas kedepannya,” kata Woro. (top)