Asiyah yang sudah lama merindukan seorang anak, kemudian berhasil membujuk suaminya maka diangkatlah Nabi Musa menjadi anak dari Asiyah dan Firaun sebagai bapaknya.
Tumbuh besar di lingkungan istana dengan penguasa yang zhalim namun atas kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Nabi Musa menentang kezhaliman ayah angkatnya sendiri dan menyiarkan kebenaran tauhid yang sejati. Asiyah yang melihat kebenaran itu kemudian beriman kepada Allah sebagai Tuhannya dan Nabi Musa sebagai utusan-Nya.
Tak peduli dengan apa yang bakal terjadi, Asiyah menyampaikan kabar keimanan dirinya itu. Mendengar kabar itu, Fir’aun naik pitam dan Asiyah dipaksa agar kembali ke agama semula namun tidak mau, kemudian dia disiksa oleh Fir’aun dengan cara tubuhnya dibaringkan dan wajahnya dihadapkan ke arah terik matahari kemudian tangan dan kakinya dipaku ke bumi.
Selanjutnya sebuah batu besar diangkat dan dijatuhkan ke tubuhnya. Pada saat inilah Asiyah berdoa dan doanya dikabulkan oleh Allah. Ia tidak merasakan sakit sedikit pun akibat siksanya itu karena sembari melihat rumah yang telah dibangunkan Allah untuknya di surga.
Allah berfirman dalam Surat At Tahrim ayat 11
وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱمْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ٱبْنِ لِى عِندَكَ بَيْتًا فِى ٱلْجَنَّةِ وَنَجِّنِى مِن فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِى مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَ
Artinya: “Dan Allah membuat tamsil (perumpamaan) bagi orang-orang yang beriman, yaitu isteri Fir’aun, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dzhalim”.
Maka, seketika itu Allah memperlihatkan rumah baginya yang telah disediakan. Sesaat sebelum para algojo membunuhnya, Allah memerintahkan malaikat-Nya untuk membawa ruh Asiyah, sehingga ia tidak tersiksa lebih lama lagi.
Itulah kisah para wanita termulia sepanjang zaman. Bisa menjadi teladan bagi kita semua yang merindukan kemuliaan di sisi-Nya. (*)