MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID-Sifat manusia pelit terhadap harta. Bahkan tak jarang sangat berlebihan mencintai harta yang dimiliki. Ketika ada perintah sedekah baik disampaikan Allah Ta'ala dalam Alquran maupun Rasulullah dalam hadist, mereka enggan untuk menyedekahkan hartanya. Memang ada orang yang terbuka hatinya untuk bersedekah.
Namun bagaimana nilai sedekahnya? Rata-rata hanya sebagian kecil dari harta miliknya. Kalau pun ada yang bersedekah cukup banyak belum tentu bisa menandingi besaran sedekah yang diberikan oleh para sahabat. Apalagi mau menyedekahkan harta yang sangat dicintai pada orang tua, saudara atau kerabat tentu sangat luar biasa.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu adalah orang Anshar yang memiliki banyak harta di kota Madinah berupa kebun kurma. Ada kebun kurma yang paling ia cintai yang bernama Bairaha’. Kebun tersebut berada di depan masjid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasukinya dan minum dari air yang begitu enak di dalamnya.”
Anas berkata, “Ketika turun ayat,
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)
Lalu Abu Thalhah berdiri menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia menyatakan, “Wahai, Rasulullah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)
Sungguh harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairaha’. Sungguh aku wakafkan kebun tersebut karena mengharap pahala dari Allah dan mengharap simpanan di akhirat. Aturlah tanah ini sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi petunjuk kepadamu. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bakh! Itulah harta yang benar-benar beruntung. Itulah harta yang benar-benar beruntung. Aku memang telah mendengar perkataanmu ini. Aku berpendapat, hendaknya engkau sedekahkan tanahmu ini untuk kerabat. Lalu Abu Thalhah membaginya untuk kerabatnya dan anak pamannya.” (HR. Bukhari, no. 1461 dan Muslim, no. 998). Bakh maknanya untuk menyatakan besarnya suatu perkara.
Hadist di atas menunjukkan keutamaan memberikan sedekah barang yang sangat kita cintai kepada kerabat, istri, anak, dan orang tua. Seperti halnya kisah Abu Thalhah, yang akhirnya memberikan kebunnya kepada Ubay bin Ka’ab dan Hassan bin Tsabit. Bersedekah kepada kerabat mempunyai dua pahala yaitu pahala menjalin hubungan kerabat (silaturahim) dan pahala sedekah
Contoh lain, misalkan saja, Anda memiliki tanah yang sangat Anda cintai, lokasinya sangat strategis, harganya sangat mahal dan sudah ada yang menawar dengan harga tinggi namun tidak Anda berikan. Tapi kemudian tanah tersebut Anda sedekahkan pada saudara Anda yang ingin membangun rumah. Ini pahalanya sangat luar biasa. Mampukah kita melakukan sedekah seperti yang dilakukan Abu Thalhah ? Padahal Allah Ta'ala sudah menjanjikan pahala yang sangat luar biasa. (*)