WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Ritual tapa bisu merupakan bagian dari tradisi yang berkembang di Wonosobo sejak tahun 2018 silam. Prosesi tersebut diadakan setiap tahun sekali pada momen hari jadi Kabupaten Wonosobo.
Tradisi itu ditandai dengan puluhan orang berjalan sepanjang 750 meter tanpa bersuara sedikitpun.
Sang cucuk lampah, Tatag Taufani Anwar mengungkapkan gelaran tradisi di tahun 2023 ini terdapat beberapa perbedaan dari tahun-tahun sebelumnya.
Disampaikan, sejak tahun 2018 hingga sebelum datangnya pandemi virus corona, pelaksanaan tapa bisu di Wonosobo dihelat begitu khidmat.
"Kalau dulu, awal-awal tradisi tapa bisu dilestarikan pelaksanaannya khidmat. Tahun ini sepertinya tidak, karena masyarakat yang tidak ikut dalam barisan tapa bisu, mereka sibuk foto-foto bahkan berbincang," ungkapnya, Minggu 23 Juli 2023 malam.
BACA JUGA:Kirab Gunungan di Puncak Gunung Tidar Meriahkan Malam Satu Suro di Magelang
Selain itu, terdapat perbedaan pula pada teknis pelaksanaannya.
Tatag Taufani Anwar mengatakan, prosesi tapa bisu biasa diikuti hingga sebanyak 400 orang. Namun tahun 2023 ini hanya 40 orang saja.
Ia menuturkan, pembatasan jumlah peserta tersebut hanya untuk mengefisiensikan pengamanan lalu lintas. Jadi, tidak ada substansi ritual yang dikurangi atas kebijakan tersebut.
Ritual tersebut dilakukan dengan berjalan kaki dari perempatan plaza di Jalan A Yani, kemudian melewati Jalan Pemuda, dan terakhir melintasi Jalan Merdeka menuju ke Pendopo Bupati Wonosobo.
"Tapa bisu ini mereka berkostum pakaian jawa, gagrak Jogjakarta. Dan membawa obor api selama prosesnya berlangsung," terangnya.
BACA JUGA:KEREN! Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Wonosobo Nomor 18 Tingkat Nasional
Ia mengatakan, makna dari kegiatan tersebut yaitu sebagai momentum mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dengan bertapa bisu, atau tidak mengeluarkan suara dari lisan, maka peserta dapat berkhidmat berdoa dalam hati.