"Acaranya itu selain karnaval ada tontonan wayang di malam harinya. Polsek sudah saya minta untuk mengawasi sampai seluruh acara rampung," ujarnya.
BACA JUGA:Baru Sebulan Dibersihkan Sungai Ngebrok Sikunang Wonosobo Kembali Dipenuhi Sampah 2,5 Ton
Eko mengungkapkan, pihak warga yang onar di acara karnaval itu tidak memiliki riwayat permusuhan di antara keduanya sebelumnya. Menurut Eko, kericuhan tersebut murni timbul karena salah paham saja.
Atas kejadian yang menimpa Desa Tanjunganom Kepil, pihak Pemerintah Desa (Pemdes) setempat hadir serta mempertemukan masing-masing Kepala Dusun (Kadus) dan perwakilan pemuda untuk memediasi permasalahannya.
Hasilnya, Pemdes meminta kepada pihak terkait untuk tidak melakukan tindakan anarkisme di kemudian hari setelah perkara usai didudukkan bersama.
"Saya tanya ke Kapolsek Kepil katanya masalah sudah beres. Dua pihak yang bersangkutan sudah dipertemukan dan dimediasi," katanya.
Mediasi yang melibatkan perwakilan pemuda dan masing-masing Kadus itu menghasilkan beberapa poin yang antara lain yaitu, bahwa pihak yang bersangkutan beserta korban peristiwa tersebut sepakat tidak melanjutkan persoalan sampai ke ranah hukum.
"Sudah sepakat kalau masalah tidak masuk ke soal hukum. Selain itu mereka juga sudah janji tidak akan melakukan anarkisme lagi," ucapnya.
BACA JUGA:Tangkal Jeratan Investasi Bodong, Bupati Wonosobo: Desa Harus Perkuat Literasi Keuangan
"Dari musyawarah itu juga, Pemdes Tanjunganom sepakat bahwa biaya pengobatan korban ditanggung sepenuhnya oleh desa," tandasnya.
Untungnya, kata Eko, kericuhan tersebut tidak mengakibatkan kerusakan pada fasilitas milik desa dan kerusakan pada rumah-rumah warga.
Eko mengimbau, agar masyarakat tidak mudah tersulut emosi. Ia meminta supaya warganya bisa menyelesaikan duduk persoalan dengan kepala dingin sehingga tidak terjadi kericuhan di kemudian hari. (mg7)