Karnaval di Wonosobo Berujung Ricuh, Warga Saling Lempar Batu

Senin 18-09-2023,16:46 WIB
Reporter : Mukarom Mohammad
Editor : Malik Salman

WONOSOBO, MAGELANG EKSPRES - Kegiatan karnaval 17 Agustus pada Sabtu 16 September 2023 lusa kemarin, diwarnai bentrok antar pemuda di Dusun Mranggen dan Dusun Patran Desa Tanjunganom Kepil Kabupaten Wonosobo.

Kericuhan itu terjadi saat acara karnaval tengah berlangsung pada siang hari ketika warga desa sedang asik mengikuti kirab mengelilingi desa.

Namun di sela kegiatannnya, tiba-tiba suasananya memanas dan masing-masing pemuda di dua dusun tersebut saling melempar batu satu sama lain. Termasuk melibatkan seorang yang terkena hantaman batu sampai mengalami pendarahan pada kepala korban.

Peristiwa itu berhasil diabadikan oleh warga net dan viral di sosial media (sosmed). Video amatir berdurasi sekitar 30 detik itu memperlihatkan nuansa keributan di Dusun Tanon Desa Tanjunganom Kepil Kabupaten Wonosobo.

BACA JUGA:Wonosobo Jadi Pilot Project PIKD Jateng

Camat Kepil, Eko Permono mengatakan, saat terjadinya bersitegang antar warga itu dirinya telah meminta kepada pihak kepolisian sektor (Polsek) setempat untuk melerai keributan yang terjadi.

"Saya kebetulan waktu itu tidak ada di lokasi. Tapi saya sudah minta tolong Polsek untuk mengatasi persoalan tersebut," katanya saat dihubungi Wonosobo Ekspres, Senin (18/9) siang tadi.

Video amatir yang sudah kadung beredar di dunia maya itu nyatanya menarik perhatian netizen. Bahkan tidak sedikit komentar nyinyir dilayangkan kepada pihak desa tersebut.

Menurut klarifikasi Camat Kepil, bentrok yang dinilai memperkeruh suasana karnaval itu diduga karena ada kesalahpahaman antar kedua belah pihak.

Disampaikan, kronologi kejadiannya bermula ketika warga dari Dusun Mranggen mengendarai motor saat mengikuti karnaval. Sementara warga lainnya mengikuti kegiatan dengan jalan kaki.

BACA JUGA:HATI-HATI! Banyak Emak-emak di Wonosobo Jadi Incaran Pinjol hingga investasi bodong

Melihat hal itu, warga Dusun Patran tidak terima hingga melemparkan batu ke arah lawannya karena dinilai tidak mengikuti kesepakatan bersama, bahwa karnaval harus dilakukan dengan berjalan kaki.

"Mereka hanya salah paham. Bisa jadi ketika rapat itu ada yang tidak mendengar hasil rapat secara jelas. Sehingga waktu kegiatan berlangsung, ada yang marah," katanya.

Perayaan yang sebelumnya tampak meriah itu harus bubar karena terdapat warga yang anarkis. Namun begitu, masih ada seorang warga yang harus menjalani perawatan karena mengalami pendarahan pada bagian kepala.

Eko mengatakan, korban sudah dilarikan ke Puskesmas terdekat untuk melakukan perawatan. Pasalnya bagian kepala korban bocor ketiban bebatuan yang dilemparkan oleh masing-masing pihak yang bersangkutan.

Kategori :