Variabel pertama adalah faktor individu Erick Thohir sebagai tokoh yang terkenal dan dikenal luas di kalangan masyarakat serta memiliki tingkat elektabilitas yang tinggi.
Selain itu, Erick juga memiliki banyak pengikut yang telah lama dibina di seluruh Indonesia.
“Menurut saya, Pak Erick adalah sosok yang dapat mengubah permainan dalam konteks apakah pilpres sekali putaran dapat terwujud atau tidak. Hal ini dikarenakan popularitas yang tinggi yang dimiliki oleh Pak Erick secara pribadi,” tuturnya.
Jika kita melihat survei-survei mengenai calon wakil presiden sebelum penetapan calon presiden, kata Qodri, Pak Erick menduduki peringkat tertinggi bahkan dalam beberapa survei, menjadi yang paling tinggi.
Selain itu, ia menjelaskan, Erick juga memiliki pendukung dan penggemar yang mendukungnya karena prestasinya sebagai Menteri BUMN dan kemampuannya dalam membawa BUMN meraih keuntungan.
Qodri melanjutkan bahwa, Erick Thohir memiliki pengaruh yang signifikan dan jaringan yang luas karena telah memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan sosial masyarakat dan olahraga nasional, terutama dalam dunia sepak bola di Indonesia.
Selain itu, Erick Thohir juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU), menjadi anggota kehormatan Banser, dan dipercaya sebagai Ketua Umum PSSI.
BACA JUGA:Mahfud MD Tuding Pertanyaan Gibran “Recehan” sehingga Tak Harus Dijawab
“Tidak dapat disangkal bahwa Erik memiliki pengaruh yang signifikan dalam dunia sepak bola Indonesia. Dengan mendapatkan dukungan kurang lebih 70% penggemar sepak bola di negara ini,” katanya.
Lebih lanjut, Qodari menyatakan bahwa Erick Thohir memiliki jaringan sosial dan basis massa yang nyata.
Hal ini dapat memberikan kontribusi signifikan bagi dukungan Prabowo-Gibran. Oleh karena itu, ada potensi untuk mendorong terlaksananya Pemilihan Presiden 2024 dalam satu putaran.
“Saya yakin bahwa peran beliau sangatlah signifikan dan berpengaruh terhadap kesuksesan atau kegagalan gerakan sekali putaran, serta kesuksesan atau kegagalan kemenangan Prabowo-Gibran sekali putaran,” sambungnya.
“Hal ini dikarenakan Erick Thohir memiliki popularitas yang tinggi dan memiliki jaringan yang luas baik di kalangan elit maupun di kalangan grassroot," tutup Qodari. (*)