Salah satu aspek menarik lainnya dari arsitektur Tionghoa Masjid Al-Mahdi adalah penggunaan warna-warna cerah dan kontras.
BACA JUGA:Membangun Masjid, Amalan Ringan yang akan Dibangunkan Rumah di Surga
Warna merah, kuning, dan hijau yang dominan memberikan kesan hangat dan menyenangkan.
Warna-warna ini bukan hanya sebagai unsur dekoratif, tetapi juga memiliki makna simbolis dalam budaya Tionghoa.
Seperti merah yang melambangkan keberuntungan dan emas yang melambangkan kemakmuran.
Masjid dengan arsitektur klenteng ini juga memiliki menara setinggi kurang lebih 5 meter dengan empat tingkatan yang memiliki lubang.
Pada puncak menara terdapat kubah dengan tulisan lafadz Allah SWT.
Adanya ornamen lampion-lampion merah yang tergantung di langit-langit selasar Masjid menambah kesan bangunan ini seperti klenteng.
Tetapi yang membedakannya lampion tersebut memiliki tulisan kaligrafi dengan macam-macam nama baik Allah dan Asmaul Husna.
BACA JUGA:6 Destinasi di Solo Ini Punya Nilai Sejarah Tinggi, Ada Masjid Megah Hadiah dari Pangeran Arab!
Meskipun wisata Magelang ini terlihat seperti klenteng tetapi sang pemilik tidak ingin menghilangkan nilai dan makna islami dari sebuah masjid.
Karena di dinding-dinding masjid juga terdapat kaligrafi dengan lafadz Allah dan Asmaul Husna.
Keberadaan Masjid Al-Mahdi sebagai perpaduan arsitektur Islam dan Tionghoa juga mencerminkan toleransi dan keharmonisan antarumat beragama di Indonesia.
Masjid Magelang ini bukan hanya menjadi tempat ibadah Muslim tetapi juga tempat yang mengundang rasa ingin tahu dan apresiasi dari berbagai kalangan masyarakat.
Masjid Al-Mahdi di Magelang juga bukan hanya sebuah tempat ibadah, tetapi juga sebuah karya seni arsitektur yang memukau.
BACA JUGA:Sudah Berusia 3 Abad, Ini Sejarah Masjid Agung Magelang yang Pernah Menjadi Markas Perang