Ancaman bagi Orang yang Tidak Mau Belajar Ilmu Agama yang Disebutkan dalam Surat Thaha 124-126

Rabu 15-05-2024,06:00 WIB
Reporter : Abu Hammam
Editor : Suroso

5.Sufyan ibnu Uyaynah telah meriwayatkan dari Abu Hazim, dari Abu Salamah, dari Abu Sa'id sehubungan dengan makna firman-Nya: kehidupan yang sempit. (Thaha: 124).

Bahwa kuburannya menjepitnya (mengimpitnya) sehingga tulang-tulang iganya berantakan (bila ia telah mati nanti). Abu Hatim Ar-Razi mengatakan bahwa An-Nu'man ibnu Abu Iyasy nama julukannya adalah Abu Salamah.

6.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Lahi'ah, dari Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha: 124) Bahwa makna yang dimaksud ialah kuburan mengimpitnya.

7.Menurut Mujahid, Abu Saleh, dan As-Saddi, makna yang dimaksud ialah bahwa orang yang bersangkutan tidak mempunyai alasan kelak di hari kiamat untuk membela dirinya.

Ikrimah mengatakan bahwa orang kafir dibutakan matanya dari segala sesuatu, kecuali neraka Jahanam. Dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud ialah orang kafir dibangkitkan atau digiring ke neraka dalam keadaan buta penglihatan, juga buta hatinya.
Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan. (Thaha: 126)

Maksudnya, karena engkau berpaling dari ayat-ayat Allah dan kamu memperlakukannya seakan-akan kamu tidak mengingatnya, padahal sudah disampaikan kepadamu.

Kamu pura-pura melupakannya, berpaling darinya, serta melalaikannya. Maka begitu pula pada hari ini, Kami memperlakukan kamu sebagaimana perlakuan orang yang melupakanmu.

Keutamaan Belajar Ilmu Agama

Para sahabat dan ulama menjelaskan tentang keutamaan belajar ilmu agama kita yakni Islam. Berikut keutamaan belajar agama Islam seperti dijelaskan para sahabat dan ulama :

1.Kata Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, “Tuntutlah ilmu (belajarlah Islam) karena mempelajarinya adalah suatu kebaikan untukmu. Mencari ilmu adalah suatu ibadah. Saling mengingatkan akan ilmu adalah tasbih. Membahas suatu ilmu adalah jihad. Mengajarkan ilmu pada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Mencurahkan tenaga untuk belajar dari ahlinya adalah suatu qurbah (mendekatkan diri pada Allah).”

2.‘Ali radhiyallahu ‘anhu berkata,“Ilmu (agama) itu lebih baik dari harta. Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta mesti engkau menjaganya. Harta akan berkurang ketika dinafkahkan, namun ilmu malah bertambah ketika diinfakkan.”

3.Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,“Majelis ilmu lebih baik dari ibadah 60 tahun lamanya.”

4.Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata,“Siapa yang tidak mencintai ilmu (agama), tidak ada kebaikan untuknya.”

5.Imam Asy Syafi’i rahimahullah juga mengatakan,“Menuntut ilmu itu lebih utama dari shalat sunnah.”

6.Kata Imam Asy Syafi’i,“Tidak ada setelah berbagai hal yang wajib yang lebih utama dari menuntut ilmu.”

Semoga kita selalu dimudahkan Allah Ta’ala dalam menuntut ilmu agama seperti yang diperintahkanNya. Sebagai bekal di akhirat kelak. (*)

Kategori :