MAGELANG EKSPRES-Membesuk orang sakit adalah amalan ringan yang berpahala besar. Amalan ini sungguh ringan dan setiap orang yang bisa mengerjakannya.
Apabila mendengar saudara kita, tetangga kita, teman kita datangi segera.
Di rumah atau di rumah sakit, kalau kita mendatangi orang yang sakit, sudah termasuk membesuk orang yang sakit. Luangkan waktu membesuk orang sakit walaupun hanya sebentar.
Mendoakan dan menghibur yang sakit semoga lekas sembuh itu yang terbaik.
BACA JUGA:Mencontoh Empat Amalan Ringan yang Dikerjakan Abu Bakar, Yang Mengerjakan akan Masuk Surga
Membawakan makanan atau memberikan uang untuk membantu pengobatan juga termasuk amalan yang baik kalau kita mampu.
Meski kelihatan amalan ini ringan namun tak semua orang mampu mengerjakannya. Dengan berbagai alasan sehingga hanya segelintir orang yang mempunyai keinginan membesuk orang sakit tatkala mendengar atau mengerti orang yang kita kenal sakit.
Padahal kalau kita mengetahui keutamaannya tentu kita akan bersemangat untuk membesuk orang yang sakit.
Diantara keutamaannya adalah orang yang membesuk orang sakit berarti sedang melangkah menuju surga Allah Jalla Jalaluhu.
Dia sedang memetik buah-buahan di surga yang tidak pernah putus buahnya, tidak ada larangan bagi hamba untuk memetik dan menikmatinya.
BACA JUGA:Shalat Sunnah Wudhu, Amalan Ringan Jadi Investasi ke Surga
Itulah diantara keutamaan yang akan diperoleh bagi orang yang membesuk orang yang sakit. Sungguh besar pahalannya. Amalan yang ringan dengan pahala yang besar yakni jaminan masuk surga. Apakah Anda tidak ingin?
Dalam hadits no.521, Al-Imam Bukhari mengatakan:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ قَالَ : حَدَّثَنَا عَاصِمٌ ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ ، عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ قَالَ : مَنْ عَادَ أَخَاهُ كَانَ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ ، قُلْتُ لِأَبِي قِلَابَةَ : مَا خُرْفَةُ الْجَنَّةِ ؟ قَالَ : جَنَاهَا ، قُلْتُ لِأَبِي قِلَابَةَ : عَنْ مَنْ حَدَّثَهُ أَبُو أَسْمَاءَ ؟ قَالَ : عَنْ ثَوْبَانَ ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَنَا ابْنُ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ ، عَنِ الْمُثَنَّى – أَظُنُّهُ – ابْنَ سَعِيدٍ قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُو قِلَابَةَ ، عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ الرَّحَبِيِّ ، عَنْ ثَوْبَانَ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، نَحْوَهُMusa bin Isma’il menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abdul Wahid menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ashim menceritakan kepada kami dari Abu Qilabah, dari Abul Asy’ats ash-Shan’ani, dari Abu Asma’, ia berkata, “Barang siapa mengunjungi sudaranya, maka ia berada di kebun kurma Surga. Aku bertanya kepada Abu Qilabah, ‘Apa (maksud) kebun kurma Surga?’ Ia menjawab, ‘(Maksudnya) memtiknya.’ Aku bertanya kepada Abu Qilabah, ‘Dari siapa Abu Asma’ meriwayatkannya?’ Ia menjawab, ‘Dari Tsauban, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam'”
Langkah yang dijalani oleh seorang ketika membesuk saudaranya yang sakit, dia sedang melangkah menuju surga Allah Jalla Jalaluhu. Memetik buah-buahan di surga yang tidak pernah putus buahnya, tidak ada larangan bagi hamba untuk memetik dan menikmatinya.