Apakah Nabi Yusuf? Para Ulama Berbeda Pendapat tentang Siapa Lelaki Paling Tampan di Dunia

Kamis 11-07-2024,05:00 WIB
Reporter : Abu Hammam
Editor : Suroso

Allah menciptakan Adam dengan rupa sama seperti wajahnya. (HR. Bukhari 6227 & Muslim 2841)

Dalam riwayat lain, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِذَا قَاتَلَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيَجْتَنِبْ الْوَجْهَ فَإِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ

“Apabila kalian menghukum orang lain, jauhi wajah. Karena Allah menciptakan Adam dengan rupa seperti wajahnya.” (HR. Muslim 2612).

"Kita tidak membahas makna kalimat ‘seperti wajahnya’, yang jelas hadis ini menunjukkan betapa wajah Nabi Adam ‘alaihis Salam adalah wajah yang indah," jelasnya.

BACA JUGA:Islam Kembali Jaya saat Dipimpin Nabi Isa 'Alaihissallam Selama 40 Tahun

Disamping itu, lanjutnya, Adam adalah bapak semua manusia, dan semua ketampanan yang dimiliki keturunannya adalah cipratan dari Adam.

Sementara hadis di atas, bahwa “Yusuf diberi setengah ketampanan.”

Maknanya, Yusuf diberi setengah ketampanan Nabi Adam.

Pendapat ini disebutkan Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Bidayah wa an-Nihayah (1/97).

Pendapat Ketiga, lelaki yang paling tampan adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ibnul Qoyim menyebutkan pendapat ini. Sebagian ulama menyebutkan, maksud hadis bahwa Yusuf diberi setengah ketampanan yang dimiliki Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di puncak ketampanan, sementara Yusuf hanya mencapai setengah ketampanan beliau.

BACA JUGA:Keistimewaan Nabi Ibrahim Manusia Pertama Kali yang Diberi Pakaian di Padang Mahsyar

Selanjutnya, Ibnul Qoyim menyebutkan alasannya.

Mereka beralasan, bahwa ini sesuai dengan hadis riwayat Turmudzi dari Qatadah, dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, yang mengatakan,

“Tidaklah Allah mengutus nabi, kecuali berwajah tampan, dan suaranya bagus. Dan Nabi kalian Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling tampan wajahnya dan paling indah suaranya.” (Badai al-Fawaid, 3/723).

"Apa pun itu, yang lebih penting kita memahami bahwa derajat kemuliaan manusia di sisi Allah tidak diukur dari neraca fisik, namun kembali kepada taqwa. Kita berusaha untuk meniru taqwanya para nabi dan bukan ketampanan para nabi," ungkap Ustadz Ammi Nur Baits.

Kategori :