Prosesi ini mengawali ritual pengambilan 7 mata air dari empat penjuru mata angin di Kabupaten Wonosobo. Yang pertama di Tuk Surodilogo.
BACA JUGA:Tempered Glass Jatuh, Atrium Pasar Induk Wonosobo Ditutup
"Minggu depan akan kita ambil secara bertahap di enam mata air yang lain. Yakni, Tuk Bimo Lukar dan Tuk Goa Sumur di utara, lalu Tuk Surodilogo dan Tuk Mudal di sebelah timur. Yang di selatan ada Tuk Sampang dan Tuk Tempurung, serta di barat Tuk Kaliasem," katanya.
Prosesi Birat sengkolo yakni tanah dan air dari Plobangan ke bupati nanti disitu akan dicampur tujuh sumber air.
Ketujuh-tujuhnh dicampur oleh bupati, menunggu yang dari Plobangan diserahkan waktu topo bisu.
Setelah topo bisu dilakukan pencampuran air ada doa bersama 7 pemuka agama setelah itu air yang dicampur dibawa ke paseban timur untuk dilakukan birat sengkolo.
Pengambilan air di Tuk Surodilogo ini menjadi penanda bahwa puncak prosesi Hari Jadi ke-199 Wonosobo sudah dekat. Air tersebut nantinya akan dicampur bersama air dari mata air lain untuk digunakan sebagai simbolis penolak bala saat Upacara Hari Jadi.
Agus juga menjelaskan, bahwa tradisi ini menjadi pertanda bahwa Kabupaten Wonosobo memiliki kekayaan budaya dan tradisi beraneka ragam.
BACA JUGA:Digelar di Tambi Wonosobo, Forkopi Siapkan Draft RUU Perkoperasian
Disebutkan, Wonosobo tak hanya memiliki wisata alam yang indah, namun juga punya wisata budaya, tradisi, kesenian dan kearifan lokal yang menyimpan makna mendalam.
“Melalui ritual ini, menegaskan komitmennya untuk terus melestarikan tradisi dan menjaga harmoni dengan alam sekitar, mencerminkan rasa syukur dan penghargaan yang mendalam terhadap sumber kehidupan yang diberikan oleh alam,” pungkasnya. (gus)