TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.COM - Ribuan warga dari lereng Gunung Sumbing, tepatnya di Dusun Lamuk Gunung, Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, memadati mata air Sepontong pada Rabu pagi, 15 Januari 2025.
Dengan membawa berbagai gunungan seperti gunungan hasil bumi, tembakau, dan lainnya, mereka mengikuti prosesi tradisi Nyadaran Lepen (selamatan mata air) yang digelar setiap bulan Rojab.
Tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun ini merupakan wujud syukur masyarakat atas melimpahnya mata air dan hasil panen yang menjadi sumber penghidupan mereka.
BACA JUGA:Mata Air Lereng Sumbing Mengering, Warga Temanggung Berharap Bantuan Droping Air Bersih
“Mata air di tempat kami tidak pernah surut, bahkan saat musim kemarau,” ujar Jayadi (43), salah satu warga setempat.
Dalam prosesi ini, selain gunungan dan sesaji, kesenian tradisional seperti kuda lumping dan kelompok seni lainnya turut memeriahkan acara.
Sebelum gunungan diperebutkan oleh warga, para tokoh masyarakat dan perangkat desa memanjatkan doa di sekitar mata air.
BACA JUGA:Sendang Sidhukun, Suguhkan Mata Air Alami yang Punya Nilai Historis di Temanggung
Dengan penuh khidmat, warga berharap diberikan kesehatan, keselamatan, panen melimpah, serta terhindar dari mara bahaya.
“Alhamdulillah, tahun ini kami diberi rezeki yang barokah dengan melimpahnya mata air,” tambah Jayadi.
Rame Purwadi, salah satu perangkat desa, menjelaskan bahwa tradisi ini dijalankan secara swadaya dengan gotong royong seluruh masyarakat.
BACA JUGA:Menengok Tradisi Wiwit Mbako di Temanggung, Tak Hanya Ungkap Rasa Syukur
“Ketika memasuki bulan Rojab, masyarakat sudah mulai bersiap, mulai dari membersihkan jalan, mata air, hingga lokasi lain yang akan digunakan,” jelasnya.
Rame juga berharap tradisi Nyadaran Lepen ini dapat menjadi daya tarik wisata di Temanggung.
“Tradisi ini sangat unik dan layak dipertahankan. Masih banyak rangkaian acara lain dalam tradisi ini yang menarik untuk dijadikan objek wisata,” tuturnya.