Sejarah Getuk dalam Serat Centhini, Makanan Tertua di Magelang yang Tertera dalam Tembang Jawa!

Senin 21-04-2025,15:17 WIB
Reporter : Selia Dwi Amara
Editor : Selia Dwi Amara

BACA JUGA:5 Julukan Kota Magelang dan Sejarah Dibaliknya, Mana yang Sering Terdengar?

Sejarah Getuk dalam Serat Centhini

Melansir buku Kuliner dalam Serat Centhini terbitan BPNB Yogyakarta, Getuk terdokumentasikan dalam Serat Centhini sebagai karya sastra jawa lama yang berisi beragam pengetahuan salah satunya makanan tradisional.

Kerap disebut Ensiklopedi Kebudayaan Jawa, Serat Centhini ditulis pada tahun 1814 - 1823 oleh tim yang dipimpin putera mahkota Kerajaan Surakarta yakni Adipati Anom Amangkunagara III (Sunan Paku Buwana V).

Oleh karenanya, berikut sejarah Getuk berdasarkan isi dari Serat Centhini.

BACA JUGA:Sejarah Peninggalan Jepang di Magelang, Diantaranya Kisah Pembantaian di Kampung Tulung

Dalam sastra jawa, Getuk tertuang dalam tembang atau lagu yang berisi puisi jawa.

1. Tembang Dhandhanggula

Tembang ini sebagai nasihat moral dan ajaran kehidupan manusia dalam menjalani hidup.

Berdasarkan teks kuliner dalam Serat Centhini Pupuh 157 Tembang Dhandhanggula bait 16-20, berisikan bahwa Getuk kala itu banyak dijajakan dalam pertunjukkan wayang bersama makanan khas lainnya seperti wajik, jadah, ketan ore, cethot, juruh, ledre, surabi, dan lainnya.

BACA JUGA:Thiwul Lava Merapi Inovasi Menarik dalam Mengenalkan Makanan Tradisional Khas Jawa!

Selain itu, pada Pupuh 708 Tembang Dhandhanggula bait 111-113, kian menunjukkan bahwa Getuk kerap menjadi salah satu isi bingkisan berkat dalam kenduri.

2. Tembang Gambuh

Tembang tersebut berisi nasihat yang berkaitan dengan persaudaraan, toleransi, kebersamaan, serta gambaran tentang perjalanan cinta dan pernikahan.

Selaras dengan hal tersebut Getuk dalam Serat Centhini tepatnya dalam Pupuh 358 Tembang Gambuh bait 1-28, menyatakan bahwa Getuk banyak dijajakan dalam pesta pernikahan.

Kategori :