Chandra menghabiskan lebih dari dua dekade di dunia perhotelan. Sebelum memimpin Atria Hotel Magelang sejak Juli 2013, ia meniti karier dari bawah: mulai sebagai Customer Service Manager di Sempati Air (1992–1996).
Lalu Sales Manager di sejumlah hotel internasional seperti Mandarin Oriental, InterContinental Hotels Group, Kempinski, hingga Aryaduta Hotels Indonesia.
Ia juga pernah menjabat Director of Sales di Aston Denpasar (2008–2009) dan Fave Hotel Group (2009–2010), sebelum akhirnya dipercaya sebagai General Manager Atria Hotel Magelang.
Selama 12 tahun lebih memimpin, ia dikenal piawai mengelola operasional, mengembangkan strategi pemasaran, menjaga kepuasan tamu, serta membangun hubungan baik dengan komunitas lokal dan pemerintah.
BACA JUGA:Siswa MAN 1 Magelang Dalami Proses Aspirasi di DPRD Kabupaten Magelang
Dekat dengan Banyak Kalangan
Tidak hanya di lingkaran perhotelan, nama Chandra juga dikenal luas di kalangan seniman, budayawan, wartawan, hingga pejabat pemerintahan.
Kedekatan ini sempat membuat namanya masuk radar survei sebagai sosok potensial untuk maju dalam pencalonan Walikota Magelang beberapa tahun lalu.
“Beliau figur teladan dalam banyak hal. Saya bersaksi, beliau betul-betul orang baik. Kehilangannya sangat mengejutkan, karena beberapa waktu lalu kami masih sempat berbincang panjang soal budaya Jawa,” kata Pak Pur dengan mata berkaca-kaca.
Kehilangan Besar
Kabar wafatnya Chandra menjadi pukulan mendalam bagi banyak pihak. Dari kalangan perhotelan, pariwisata, hingga komunitas budaya, semua merasakan kehilangan yang sama.
Sosok yang dikenal ramah, bersahaja, namun penuh dedikasi ini meninggalkan teladan kuat: bahwa profesionalisme bisa berjalan seiring dengan kecintaan pada budaya dan nilai luhur.
“Semoga beliau husnul khotimah. Dunia pariwisata dan budaya kehilangan salah satu putra terbaiknya,” pungkas Triyudo. (*)