Cerita Dokter yang Jadi Garda Terdepan Lawan Covid-19 di Kota Magelang
MAGELANGEKSPRES.COM,RASA haru terpancar jelas di raut muka dr Theresia Adareth, saat mengikuti serah terima bantuan sembako dari Forum CSR Kota Magelang, belum lama ini. Dia menjadi salah satu dokter yang bertugas menangani pasien virus corona (Covid-19) di rumah sakit dan juga Puskesmas Magelang Tengah, Kota Magelang. Tak dapat dipungkiri, tugas seorang dokter dalam penanganan kasus penyakit ini memang menjadi garda terdepan. Meski juga merasakan ada kekhawatiran, namun ia pun harus menjalani profesinya sesuai dengan protokol kesehatan. Pun demikian, tugas ini memang sangat berisiko. Karena sebagai petugas medis khusus, ia juga menjadi salah satu yang memungkinkan untuk tertular. \"Pasti ya (berisiko tinggi), tapi ya saya sudah disumpah untuk ini,\" katanya. Di tengah kondisi yang juga dialami oleh semua penduduk di dunia ini, perempuan asal Jogjakarta ini mengaku tetap siap menjalankan tugasnya. Ia sadar betul jika Covid-19 beda dengan virus lainnya. Sebab corona memiliki durasi penularan yang amat cepat. Baca Juga Ribuan Perangkat Desa di Purworejo akan Terima Siltap, Segera Dicairkan \"Beda jenis denhan SARS dan MERS. Tapi kasus ini (Covid-19) memiliki perjalanan yang cukup cepat. Karena ini penyakit paru, kita harus siap,\" imbuhnya. Sebagai seorang dokter muda yang berdiri di garda terdepan dengan penuh risiko ia pun sadar akan perannya. Sebab, kesehariannya ia melakukan komunikasi dan sentuhan dengan pasien positif, PDP (Pasien Dalam Pengawasan, dan ODP (Orang Dalam Pantauan). Meski begitu, ia bersama petugas medis khusus yang menangani kasus Covid-19 ini saling memberikan support luar biasa. Apalagi, banyak masyarakat yang sangat membutuhkan perannya, maka ia juga harus menyiapkan fisik dan psikis dengan segala risiko. \"Semua menyemangati, dan kita siap. Kita sudah disumpah, tinggal sekarang menjalankan sumpah itu. Seperti tentara, kita sekarang berada di garda depan,\" akunya. Di samping menjalankan tugas, ia bersama petugas media lainnya juga tetap mengikuti prosedural penanganan yang pasti. Antara lain selalu mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) kesehatan penanganan Covid-19. Kemudian, selalu memperhatikan kondisi imunitas tubuh dengan makan makanan yang sehat dan bekerja sesuai dengan porsi tubuh. \"Yang paling penting, kita punya optimis dan kerja sesuai dengan porsi. Jadi, kalau memang kecapekan semua ada batasnya, kita juga harus jaga kondisi,\" ungkapnya. Lebih lanjut, menghadapi virus corona dikatakannya harus dengan kewaspadaan. Optimisme juga dibangun antarsesama petugas medis dalam memberikan penanganan kepada pasien. \"Rasa takut itu pasti ada. Tapi ini kan demi masyarakat semuanya, kalau nggak kita yang tangani siapa lagi yang akan membantu permasalahan ini,\" katanya. Ia mengaku sejak menangani kasus Covid-19 di Kota Magelang dia menjadi rentan stress. Itu karena ia tidak boleh berkumpul dengan keluarga. \"Hanya berhubungan dengan HP saja. Kalau kontak langsung tidak diperbolehkan. Terkadang di tempat kos juga ada saja yang menghindar, tapi tidak apa-apa,\" paparnya. Theresia belakangan juga susah tidur. Ia menilai hal itu karena tingginya beban pekerjaannya. Lantas untuk menjaga kondisi fit tubuhnya, ia mencoba berolahraga rutin dan mengonsumsi makanan bergizi. \"Kalau di Puskesmas Magelang Tengah sendiri sangat ketat aturan protokol kesehatannya. Harus mengenakan APD dan kesehatan yang diutamakan. Saya harap, pandemi ini segera berakhir,\" ucapnya. Hal yang sama juga diutarakan perawat Puskesmas Magelang Tengah, Isnen Budi Astuti. Menurutnya, mengenakan APD memang hal tersulit yang harus dilakukan. \"Kita tidak boleh buang air kecil selama 6 jam, atau selama mengenakan APD ini, karena bahannya kan memang seperti itu. Terus kalau ganti harus steril juga, takut terkena virus yang masuk. Jadi biar tidak tertular, ya baiknya memang tidak ke kamar kecil dulu,\" katanya. (wid)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
