Saling Sindir, Warnai Debat Pamungkas Pilkada Kota Magelang
MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG - Debat publik terakhir pasangan calon (Paslon) Walikota dan Wakil Walikota Magelang diwarnai aksi saling sindir antar kedua paslon. Pelaksanaan debat pamungkas ini berlangsung di Gedung Wanita, Jalan Veteran, Magelang Tengah, Minggu (29/11) malam. Di awal penyampaian, Calon Walikota Magelang nomor urut satu, dr Muhammad Nur Aziz mengatakan masyarakat Kota Magelang membutuhkan pemimpin yang mampu mempersatukan, memberdayakan semua kalangan, di berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. \"Sesuai dengan program kami bahwa kami ingin masyarakat Kota Magelang sejahtera dan bahagia, sehingga tidak akan terjadi konflik, intoleran, gerakan radikal, dan lain sebagainya,\" kata Aziz. Di segmen tanya jawab antar paslon, Aziz melontarkan sindiran keras soal penanganan Covid-19 di Kota Magelang yang terkesan setengah hati. Ia menilai bahwa proses pengetesan swab terhadap penduduk masih sangat rendah. Kemudian, penanganan terhasap pasien Covid-19 pun terkesan lambat. \"Saya melihat kondisi Covid-19 di Kota Magelang meningkat. Bahkan sehari korban meninggal dunia sampai 18 orang. Di sini saya tidak melihat regulasi daerah, maping juga tidak dilakukan. Pemeriksaan masih rendah,\" ujarnya. Belum selesai di situ, Aziz kembali membuat suasana jadi menghangat lantaran jawaban dari Calon Wakil Walikota Magelang, Nomor Urut 2 Windarti Agustina yang mengklaim jika Kota Magelang zona hijau. Menurut Windarti, perlakuan Pemkot Magelang sudah sesuai dengan ketentuan dan arahan pemerintah pusat, menyikapi darurat nasional pandemi Covid-19, dengan pemberian bantuan tak terduga (BTT) yang diperpanjang melalui APBD 2021. Mendapat kesempatan untuk menimpali jawaban dari Windarti, Aziz yang punya latar bekalang dokter menggarisbawahi kata \"zona hijau\". Baca Juga Debat Paslon Putaran Kedua Lebih Seru \"Saya agak heran kepada Mbak Windarti, yang katanya Kota Magelang zona hijau. Nanti kita buka lagi, karena sudah zona merah. Akhir-akhir ini juga banyak yang meninggal dunia, tetapi penanganannya belum maksimal. Isolasi secara cepat tidak ada, bahkan di UGD harus menunggu lama,\" kata Aziz. Aziz merasa heran, lantaran tidak ada ketegasan dari Pemkot Magelang soal antisipasi kerumunan massa. Menurut dia, sebagai seorang kepala daerah, mestinya mampu mencerminkan dan memberikan contoh kepada masyarakat. Apalagi masalah kemanusiaan penanganan pandemi Covid-19. Menjawab tudingan itu, Calon Walikota Magelang Nomor Urut 2, Aji Setyawan memilih untuk memberikan apresiasi dan penghormatan tinggi kepada para tenaga kesehatan (nakes). Menurut Aji, peran nakes adalah tokoh kunci, dan berkat perjuangan mereka yang tak kenal lelah, banyak masyarakat yang akhirnya dapat tertolong. Di sisi lain, kata Aji, Pemkot Magelang begitu getol memperjuangkan hak-hak masyarakat dengan intens menyalurkan berbagai bantuan. \"Pandemi adalah hal yang sangat urgen. Pemkot Magelang telah melakukan rasionalisasi dan refocusing dengan maksimal. Kemudian, pemulihan ekonomi APBD 2021 telah dianggarkan Rp39 miliar sementara BTT outbreak (2021) dianggarkan Rp15 miliar. Ini wujud keseriusan Pemkot dalam memulihkan mental, moral, dan ekonomi masyarakat di tengah pandemi,\" tandasnya. Sindirian keras di akhir segmen pun dilontarkan mantan anggota DPRD Kota Magelang dua periode ini. Aji menyindir kata \"perubahan\" yang terus digaungkan kubu Aziz-Mansyur. \"Masyarakat Kota Magelang sudah cerdas, mana yang memang bisa menyelesaikan masalah dengan solusi dan sesuai aturan, bukan yang tiba-tiba datang lalu ngomong perubahan. Padahal, dia sendiri tidak tahu caranya (mengubah) seperti apa. Dan yang lebih memalukan lagi, bukan yang fotokopi KTP, motong kupon hanya untuk mendapatkan suara,\" ucap Aji. Seolah tak ingin kalah, Calon Wakil Walikota Nomor Urut 2 Windarti Agustina, juga sempat mengeluarkan sindirian kepada kubu Paslon Nomor 1, Aziz-Mansyur. Di pertengahan segmen, Windarti mengaku jika indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Magelang cukup tinggi dengan menduduki peringkat 4 dari 35 kabupaten/kota se-Jateng. Demikian halnya dengan indeks kualitas hidup (IKH) dengan skor 72,79. \"Namun terjadi anomali bahwa perekonomian melambat, angka kemiskinan turun, dan angka pengangguran juga turun. Ini adalah anomali,\" kata Windarti. Ditanya masalah anomali tersebut, Aziz justru terjebak dalam pertanyaan dan menganggap bahwa prestasi Kota Magelang di nomor 4 terbaik tak terlalu istimewa. Sebab, menurut Aziz, Kota Magelang masih di bawah Kota Semarang, Solo, dan Kota Salatiga. Tiba giliran menimpali jawaban Aziz, Windarti kemudian menyindir bahwa prestasi Kota Magelang soal IPM dan IKH lebih tinggi dari daerah yang selama ini ditinggali Aziz. Baca Juga Hingga Minggu Ada Tambahan 28 Pasien Covid-19, Terbanyak dari Secang \"IPM nomor 4 se-Jawa Tengah itu termasuk tinggi. Bahkan dibandingkan dengan Pemalang, kota Bapak Aziz berasal, termasuk yang terendah di Jateng. Kemudian anomali ini terjadi akibat inflasi 2,19 persen, bukan karena faktor daya beli masyarakat yang turun, melainkan biaya produksi yang naik. Maka sebagai kepala daerah wajib hadir untuk memberi solusinya,\" kata Windarti. Sementara itu, Ketua KPU Kota Magelang, Basmar Perianto Amron mengatakan, debat publik ini digelar sebagai kampanye masing-masing paslon. \"Diharapkan dengan debat ini, masyarakat bisa menentukan pilihan. Juga dari debat ini saya harapkan masyarakat Kota Magelang bisa memberikan hak pilih di tanggal 9 Desember nanti,\" katanya. Dia mengatakan, KPU sudah dibekali dengan regulasi khusus, untuk menggelar Pilkada di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi. Untuk itu, ia berharap agar masyarakat tidak khawatir. Sebab dengan protokol kesehatan dan disiplin taat aturan, klaster Pilkada dapat dicegah. \"Semua regulasi yang telah disahkan KPU selalu berpedoman pada protokol kesehatan. Jangan khawatir, karena ke TPS tidak akan menimbulkan klaster baru,\" pungkasnya. (wid)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
