Emas Sumbang Inflasi Maret 2020 0,1 Persen JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Maret 2020 secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,1 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan Februari yang sebesar 0,28 persen, dan 0,11 persen pada Maret 2019. Secara tahun berjalan (year to date/ytd) sebesar 0,76 persen. Sedangkan secara tahunan (year on year/yt) mencapai 2,96 persen pada Maret 220. Inflasi disumbang oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,99 persen dengan adil 0,06 persen. "Penyumbangnya adalah inflasi harga emas 0,05 persen," kata Kepala BPS Suhariyanto, kemarin (1/4). Kontribusi tertinggi selanjutnya berasal dari inflasi kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,36 persen dengan andil 0,03 persen. Lalu, inflasi kelompok perlengkapan peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,28 persen dengan andil 0,02 persen. Kemudian, inflasi kelompok kesehatan 0,21 persen dengan andil 0,01 persen, inflasi kelompok pakaian dan alas kaki 0,12 persen dengan andil 0,01 persen, dan inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau 0,1 persen dengan andil 0,03 persen. Sementara, inflasi kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,02 persen dengan andil nol persen, inflasi kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya 0,02 persen dengan andil nol persen, dan inflasi kelompok pendidikan nol persen dengan andil nol persen. Sedangkan kelompok transportasi mengalami deflasi 0,43 persen dengan andil minus 0,05 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan deflasi 0,09 persen dengan andil minus 0,01 persen. Untuk komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) deflasi 0,19 persen dan andil minus 0,03 persen. Begitu pula dengan komponen bergejolak (volatile foods) dengan deflasi 0,38 persen dan andil minus 0,06 persen. Adapun inflasi terjadi di 43 kota dari 90 kota IHK. Sementara 47 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe sebesar 0,64 persen dan terendah di Surabaya, Surakarta, dan Pekanbaru 0,01 persen. "Sedangkan deflasi tertinggi di Timika sebesar 1,2 persen dan terendah di Tangerang 0,01 persen," ujar dia. Terpisah, peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna menilai inflasi bulan Maret 2020 lebih rendah dibanding Februari merupakan siklus yang wajar terjadi apabila pada bulan sebelumnya inflasi sudah tinggi. "Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan inflasi dari Februari ke Maret ke tahun-tahun sebelumnya yang menunjukan pada tahun ini tertinggi," ujar dia kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Rabu (1/4). Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memprediksi angka inflasi Maret 2020 berada di level 0,13 persen secara mtm. Prediksi ini terkait adanya wabah virus corona yang cepat di sejumlah wilayah Indonesia. "Update inflasi berdasarkan survei pemantauan harga hingga minggu keempat Maret diperkirakan 0,13 persen, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 0,33 persen," Gubernur BI Perry Warjiyo. Menurut dia, inflasi didorong oleh emas perhiasan dan bawang merah. Sementara untuk barang yang mengalami deflasi adalah cabai merah, cabai rawit dan tarif angkutan udara.(din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: