Easting Medi Dapat Penghargaan Leprid, Buat Lukisan Berbahan Empon-empon

 Easting Medi Dapat Penghargaan Leprid, Buat Lukisan Berbahan Empon-empon

MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG - Warga Dusun Tinggal Wetan, Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Easting Medi (44) sukses membuat lukisan berbahan dasar empon-empon. Bahan tradisional rempah-rempah yang bisa menaikkan imunitas bila dikonsumsi ini dijadikan sarana artistik lukis. Hal ini membuat Easting Medi mendapatkan penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Lerprid), berupa pelopor maha karya lukisan empon-empon. Ketua sekaligus Pendiri Leprid, Paulus Pangka mengatakan, rekor ini diberikan kepada Medi atas semangatnya untuk tetap berkarya dan berinovasi di masa pandemi."Wabah Covid 19 berdampak pada sendi-sendi kehidupan manusia. Salah satunya kehidupan seniman. Namun di tengah carut marutnya situasi saat ini membuat alam bawah sadar kita bergerak melahirkan ide-ide kreatif, inovatif, dengan peluang-peluang baru. Seperti Mas Medi yang menungkan ide kreatif dan inovatifnya dengan memanfaatkan empon-empon pengganti cat pada karya lukisannya," kata Paulus, kemarin. Menurut dia, yang menjadikan karya Medi menarik yakni pada proses dan latar belakang dibalik pembuatannya. Lukisan Medi tidak hanya bicara tentang seni tapi juga bercerita tentang toleransi. "Tingkat keunikannya adalah pada saat prosesnya, di mana sejak menanam, memanen empon-empon hingga proses memarut, memeras, dan menuangkannya dalam maha karya yang indah dan hidup. Keunikan lainnya, karyanya spesifikasi pelukis Kepala Budha," ujarnya. Meski, Medi bukanlah pemeluk agama Budha, sehingga dia dianggap sangat tolelir dan dan punya wawasan dari warisan leluhurnya. Hal ini, kata Paulus, menjadi pelajaran inspiratif bagi seluruh masyarakat. Ia menambahkan bahwa di masa pandemi sebagai warga, Medi mendukung memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan mematuhi anjuran pemerintah. Ia juga mengurangi untuk berinteraksi dengan banyak orang. Sebab itu, Medi mengurangi pula kegiatannya keluar rumah seperti membeli cat akrilik yang biasanya menjadi bahan utama untuknya melukis. "Ya saya mendukung program pemerintah stay at home, work from home. Membatasi ketemu dengan orang. Jadinya semua dilakukan sendiri. Komunikasi lewat media sosial,” ujar Medi. Namun, keadaan ini tak lantas membuat Medi berhenti berkarya. Medi melihat potensi empon-empon di daerahnya yang melimpah membuatnya memiliki ide menggunakan empon-empon sebagai bahan melukis."Sengaja menggunakan empon-empon. Karena empon-empon di lingkungan saya mudah dijumpai. Ada di pekarangan dan di kebun. Empon-empon kurang punya nilai ekonomi, jadi kurang di perhatikan," ungkapnya. Penghargaan ini bukan kali pertama didapat. Sebelumnya ia telah menyabet beberapa penghargaan, seperti 3rd winner 'Cipta Kriya Grabah', Chermices Design Product Yogyakarta , 2nd winner 'Sayembara Desain Prangko' National Education Day, Bandung (1995), First winner 'lomba lukis poster Tanah merdeka Republika' at TVRI Station Yogyakarta (1994), First winner 'lomba Poster Penghijauan' at Magelang Regency (1993), the 3rd winner Borobudur Festival (1993), The Di of 'Lomba Lukis Poster Borobudur' at Borobudur (1992), First winner 'Lomba Lukis Poster Remaja' at Magelang Regency. "Ke depan Insyallah akan tetap eksis melukis dengan berbahan empon-empon karena empon-empon merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan," pungkasnya. (wid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: