33 Tewas, 3.225 Orang Mengungsi

33 Tewas, 3.225 Orang Mengungsi

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ucapan duka cita yang mendalam, atas meninggalnya korban kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua, dalam beberapa hari terakhir. "Dari data yang saya terima ada 33 orang telah meninggal di sana," kata Presiden Jokowi yang didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, kemarin (30/9). Presiden menegaskan, bahwa aparat keamanan telah bekerja keras untuk melindungi semua warga. Karena itu, ia meminta jangan ada yang menggeser-geser ini menjadi kayak sebuah konflik etnis. "Bukan. Ini adalah kelompok kriminal bersenjata yang dari atas dari gunung turun ke bawah dan melakukan pembakaran-pembakaran rumah warga," ungkap Presiden Jokowi. Menurut Presiden, kepala suku Lembah Baliem di Wamena telah menghimbau untuk seluruh warga untuk tidak mengungsi keluar Wamena. "Ini saya kira sebuah himbauan baik," ujarnya. Presiden mengimbau masyarakat tidak keluar kota tersebut. "Tentu saja karena ada yang masih merasa takut kemudian minta untuk dievakuasi ke Jayapura ya dilakukan. Tetapi terus kita himbau agar masyarakat tidak keluar dari Wamena karena aparat keamanan sudah bisa memgamankan kota Wamena," tegasnya. Kepala Negara berharap masyarakat tetap mampu menahan diri, dan menghindarkan dari semua provokasi-provokasi dan fitnah-fitnah yang sangat banyak dikembangkan di media-media sosial. "Saya sudah perintahkan Menko Polhukam dan TNI/Polri untuk mengejar perusuh-perusuh yang belum tertangkap," tegasnya. Mengenai kemungkinan dirinya bertemu dengan kelompok pro referendum, Presiden Jokowi mengatakan tidak ada masalah. Siapapun akan ditemuinya kalau memang ingin ketemu. Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menyebutkan jumlah pengungsi di Jayapura, Papua akibat kerusuhan di Wamena saat ini mencapai sebanyak 3.225 orang. "Saya sampaikan kalau keadaan di Wamena sendiri sudah kondusif, namun masyarakat non-Papua kan masih trauma," terang Wiranto dalam konferensi pers, di Kantor Kemenko Polhukam, di Jakarta, kemarin. Menurut Wiranto, perasaan trauma bagi warga Papua pendatang itu sesuatu yang wajar dan manusiawi setelah kerusuhan yang terjadi di Wamena. Akibatnya, kata dia, banyak para pendatang yang merasa tidak aman di Wamena, sehingga meminta diungsikan ke tempat aman di Jayapura, Papua. Padahal, Wiranto menjelaskan, masyarakat Papua pendatang itu selama ini yang menjadi penggerak roda perekonomian daerah, baik di Papua maupun Papua Barat. "Jadi, bisa dibayangkan kalau mereka berbondong-bondong keluar dari Wamena, lalu siapa yang menggerakkan roda perekonomian di daerah itu," ujarnya pula. Saat ini, Kementerian Sosial sudah turun untuk membantu meringankan kehidupan para pengungsi dengan penyediaan bahan makanan yang mencukupi, serta jaminan pelayanan kesehatan dari Kementerian Kesehatan. Yang terpenting saat ini, kata dia, tinggal bagaimana bisa menetralisir trauma itu dengan jaminan keamanan dan satu pemahaman, yakni demi kepentingan mereka sendiri. "Sebab, teman-teman sudah melakukan satu usaha di sana, usaha macam-macam. Usaha-usaha itu kita sampaikan adalah yang berhubungan dengan perputaran roda ekonomi di sana. Yang langsung memfasilitasi kebutuhan rakyat," katanya lagi. Apalagi, kata Wiranto, selama ini telah tercipta simbiosis mutualisme antara masyarakat Papua dengan warga pendatang yang membuka usaha bahan kebutuhan pokok. "Ini suatu sistem yang telah berjalan selama puluhan tahun. Jika ini dirusak, akan mengganggu masyarakat di Wamena sendiri," katanya. Para tokoh masyarakat Papua dan pemerintah daerah setempat, kata dia, menginginkan warga pendatang Papua kembali beraktivitas dan membuka usahanya kembali seperti biasa untuk melayani kebutuhan masyarakat di Wamena. Sementara itu, warga perantau Minang yang ingin pulang kampung halaman di Sumatera Barat pascarusuh Wamena, Jayawijaya akan difasilitasi menggunakan kapal laut dari Papua langsung ke Pelabuhan Teluk Bayur. "Sampai sekarang data perantau yang ingin pulang ini masih belum pasti. Ada yang sudah daftar, kemudian batal. Kita tunggu data pasti malam ini," kata Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit. Baca Juga Aliansi Mahasiswa Magelang Kembali Bergerak, Kali Ini Mereka Tuntut Penuntasan Kasus Tewasnya Randy dan Yusuf Kardawi Ia mengatakan sebagian dari perantau itu sebelumnya sudah punya usaha yang mapan dan aset di Wamena. Namun habis terbakar pada kerusuhan yang menelan korban jiwa. Tetapi informasi terakhir, aset yang rusak tersebut akan diperbaiki oleh Kementerian PU PR, karena itu akan sangat sayang jika aset milik perantau itu hilang jika pulang kampung. Sebagian dari mereka juga ada yang telah lahir dan besar di Papua dan hubungan ke kampung halaman tidak terlalu rapat. Apalagi mereka harus mempertimbangkan usaha untuk melanjutkan hidup di kampung halaman. "Jadi banyak pertimbangan mereka ini sehingga data yang mau pulang itu belum juga pasti sampai sekarang," kata Nasrul. Terkait dana kepulangan menggunakan kapal laut, Pemprov Sumbar akan mengupayakan agar bisa ditanggulangi menggunakan dana Baznas. Nanti semua anggaran yang dikeluarkan akan diganti menggunakan uang bantuan dari seluruh masyarakat dalam rekening Sumbar Peduli Sesama. Gubernur Irwan Prayitno menurutnya juga sudah melobi para perantau di Jakarta, BUMN dan BUMD untuk ikut membantu biaya pemulangan perantau dari Wamena itu. Saat ini dana yang terkumpul di rekening Sumbar Peduli Sesama sekitar 300-an juta dan terus bertambah. "Diperkirakan ada seratus orang lebih perantau di Wamena yang ingin pulang ke kampung halaman," ungkapnya. (fin/ful)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: