Cangkul dan Sabit Produk Pengrajin Lokal Wonosobo Kalah Bersaing dengan Buatan Pabrik
MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Meskipun cangkul serta sabit masih menjadi kebutuhan dasar para petani saat ini, namun jumlah pengrajin lokal ternyata kian surut. Hal itu dikatakan Suyono, salah satu pedagang doran atau gagang cangkul hingga sabit yang biasanya memasok dari lokal, kini makin kalah dengan pasokan dari pabrik besar. Menurut Suyono, meskipun kualitas doran lokal mampu bersaing, namun tetap kalah di ketersediaan. “Dari mulai bahan kayunya, sebenarnya untuk produksi doran lokal kualitas kayunya bagus. Nah sayangnya karena bagus, jadi jarang ganti. Beda dengan buatan pabrik atau mesin, biasanya kayu biasa, istilahnya kayu muda, makanya gampang rusak, tapi murah. Itu yang sekarang jadi tantangan perajin lokal,” ungkapnya ditemui di gudangnya kemarin. Selain itu, mesin yang digunakan untuk membuat gagang juga terbilang cukup sederhana dan mudah dirakit. Dari segi harga pun bersaing, karena hanya di kisaran Rp2 juta hingga Rp4 juta. Dikatakan Suyono, dengan mesin doran tersebut, kayu sisa pun bisa diolah. Baca Juga Bawa Kabur Motor Temannya, Warga Wonosobo Dibekuk Polisi “Jeleknya kayu-kayu yang sekarang dipakai bukan kayu yang bagus dan kuat, tapi kayu sortiran dari pabrik yang ukurannya memang kecil. Sehingga urat kayunya bukan yang kuat dan bagus. Itu yang diambil pabrik. Kayunya biasanya juga dikeringkan dengan cepat sehingga kurang bagus. Lagi-lagi jumlahnya banyak dan berani konsinyasi, saya tidak harus bayar untuk dapat pasokan,” ungkapnya. Selain kayu, doran biasanya juga membutuhkan lempengan besi untuk disambungkan ke mata cangkul dan itu pun sudah banyak dijual oleh produsen besar. Sehingga perajin di lokal juga cukup kesulitan bersaing. Meskipun produk asal beberapa daerah seperti Krasak sudah banyak dipasarkan hingga ke banyak daerah, namun dari sisi harga dan kuantitas kalah jauh. “Dari 2015 sampai sekarang saja, para perajin sudah banyak yang pindah profesi, meski masih garap besi, tapi kebanyakan di las atau pembuatan alat dapur. Contohnya di Sambon, juga banyak yang sudah tidak lanjut meski beberapa generasi. Soalnya untuk pandai besi yang ke alat pertanian kalah dengan produksi massal. Mereka sudah jual mesin, sekarang coba saja di media sosial, banyak perajin yang jual alat secara online,” pungkasnya. (win)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: