Harga Hancur, Tanaman Cabai Dicabut Sebelum Panen

Harga Hancur, Tanaman Cabai Dicabut Sebelum Panen

MAGELANGEKSPRES.COM,TEMANGGUNG – Petani cabai di Desa Ngadimulyo Kecamatan Kedu terpaksa mencabuti tanamannya lantaran sejak memasuki panen raya harga cabai tidak pernah beranjak naik. Bahkan saat ini harga cabai hanya Rp6 ribu per kilogram. Imbuh (57), petani di Dusun Ngleri Desa Ngadimulyo Kecamatan Kedu mengatakan, tanaman cabai merah keritingnya tumbuh dengan bagus, warna dan rasanya juga sangat baik. Namun saat ini harga cabai belum membaik. \"Harganya hancur, terpaksa saya cabuti saja,\" tuturnya, Minggu (10/5). Ia menuturkan, jika dilihat dari biaya produksi yang sudah dikeluarkan memang sangat tinggi. Akan tetapi jika diteruskan, petani justru akan semakin mengalami kerugian. Imbuh menanam cabai di lahannya seluas 1.000 meter persegi berisi 2.000 batang tanaman. Saat ini tanaman cabainya sudah berumur 60 hari. Seharusnya jika normal sekarang tanaman sudah mulai berbuah, lalu pada umur 90 hari cabai sudah bisa dipanen. \"Sudah sekitar panen empat kali, harganya juga belum naik, dari Rp5.000 sampai Rp7.000 saja, harga ini sangat tidak menguntungkan petani,\" tuturnya. Sebelumnya saat sejak baru ditanam sekitar seperempatnya atau 500 batang tanamannya juga pernah diserang penyakit kuning. Saat itu, agar penyakit tidak makin meluas, maka ia pun memutuskan untuk mencabuti tanamannya. Baca juga Pabrik Pengolahan Kayu di Wonosobo Terbakar, 5 Jam Petugas Berjuang Padamkan Api Menurutnya, hampir semua tanaman cabai yang ada di Dusun Ngleri diserang penyakit kuning. Daun berubah menjadi melengkung, daunnya keriting dan warnanya kuning. Setelah itu tanaman cabainya tidak berbuah. \"Penyakit kuning ini tidak ada obatnya. Saya tanya ke penyuluh pertanian di Kecamatan Kedu, katanya harus dicabut, lalu ditanami lagi. Sudah pernah juga diberi obat demolis dan obat penyubur dari pertanian dan obat kurakron tapi tidak berhasil,\" katanya. Warno (50), petani cabai lainnya mengaku mengalami hal yang sama. Tanaman cabai sret atau rawit merah yang ditanam di lahannya seluas 1.000 meter persegi pun mati setelah diserang penyakit kuning. Untung masih ada sedikit tanaman yang masih bisa diselamatkan, sehingga ia bisa menuai panen walaupun hanya sedikit. \"Sejak baru ditanam sudah kena penyakit kuning. Untung tidak kena semua, jadi tetap bisa panen walaupun cuma dapat sedikit,\" katanya.(set) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: