Jadi Gerbang Jateng Selatan, Ladang Investasi Purworejo Kian Lapang
MAGELANGEKSPRES.COM, PURWOREJO - Ardani Yusuf SE (33) langsung menerima dengan senang hati saat terpilih menjadi Ketua Umum BPC Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Purworejo dalam Musyawarah Cabang (Muscab) 2 BPC Hipmi Purworejo di Hotel Plaza Purworejo, belum lama ini. Ditemui usai acara, ia tampak optimistis dapat mengemban amanah untuk masa bakti tahun 2019-2022. Bukan karena merasa hebat, melainkan karena ia melihat ekonomi Purworejo sekarang terus berkembang dan iklim bisnis ke depan menjanjikan. Kondisi itu memberikan banyak ruang bagi Hipmi untuk berkiprah di tengah tantangan dan peluang yang ada. Visi mencetak pengusaha-pengusaha muda baru jadi lebih mudah. “Purworejo sekarang ini kan jadi jalur strategis. Kita dekat dengan bandara dan sekarang bermunculan proyek strategis nasional,” kata Ardan, sapaan akrabnya. Ardan menjadi salah satu dari sekian banyak pengusaha yang tumbuh di Purworejo. Pria komunikatif yang menjabat Direktur Utama PT Ardan Greenland Propertindo ini lalu mencontohkan pengalamannya merintis usaha bidang property dan kontraktor di Purworejo. Dimulai dari nol, sejak tahun 2014 hingga kini bisnisnya melompat tinggi. Bahkan, ia tercatat menjadi salah satu pengusaha properti cluster terbesar di Purworejo dan mampu ekspansi ke beberapa kota besar, seperti Jogjakarta dan Jakarta. “Untuk urusan perizinan di Purworejo sekarang bisa lebih mudah karena sudah online dan satu pintu dengan aplikasi OSS. Ini menjadi salah satu faktor yang mendukung percepatan bisnis,” ungkapnya. Ya, pertumbuhan nilai investasi di Kabupaten Purworejo memang menggembirakan, meski belum signifikan pada sektor-sektor besar. Peluang berinvestasi di kota kelahiran Pahlawan Nasional, WR Soepratman, ini pun kian menjajikan seiring adanya proyek-proyek strategis berskala nasional. Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Kabupaten Purworejo diketahui bahwa total nilai investasi pada tahun 2017 hanya berkisar pada angka Rp324.408.264.430. Kenaikan terjadi pada tahun 2018 menjadi Rp515.021.419.755. “Sampai saat ini kondisinya memang ada kecenderungan naik. Sesuai RPJMD, target nilai pertumbuhan kita 2 persen per tahun dan untuk tahun kemarin melebihi target,” kata Kepala Dinas PMPTSP Kabupaten Purworejo, Widyo Prayitno SH, saat di konfirmasi di kantornya, Jumat (12/7). Dilihat dari data perkembangan realisasi penanaman modal pada tahun 2018, sektor industri kayu yang berjumlah 3 proyek menjadi penyumbang tertinggi dengan nilai investasi sebesar Rp18.214.247.069 dan serapan tenaga kerja sebanyak 1.674. Wajar saja jika sektor perkayuan Purworejo dilirik oleh Australia belum lama ini. Disusul sektor lainnya berturut-turut industri kertas dan percetakan, industry lain, jasa, konstruksi, perdagangan, dan reparasi, perikanan, perumahan kawasan industri dan perkantoran, peternakan, tanaman pangan, dan pertambangan. Pada tahun 2019 dan berikutnya diprediksi pertumbuhan nilai investasi kian signifikan. Pasalnya, Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) di Kabupaten Kulon Progo yang kini telah beroperasi menjadi pembuka gerbang investasi di wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Banyak multiplier efeknya. Kabupaten Purworejo yang posisinya berdekatan kian leluasa untuk mengembangkan berbagai sektor. Terlebih, jalur bedah menoreh memberi kemudahan akses transportasi. “Ladang investasi kita memang semakin bertambah, semakin luas dan berkembang,” terangnya. Potensi yang dimaksud antara lain bersumber dari 2 megaproyek nasional yang saat ini telah mulai berjalan. Keduanya yakni pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur dan pembangunan Bendungan Bener yang menjadi bendungan tertinggi di Indonesia. Hampir seluruh sektor menjanjikan bagi investor. Widyo menyebut, industri dan pariwisata akan menjadi sektor yang paling bergeliat. “Apalagi Bupati juga telah memprogramkan Tahun Kunjungan Wisata Romansa Purworejo 2020. Ke depan tentu serapan tenaga kerja meningkat dan diikuti dengan pertumbuhan sektor lainnya seperti industri, perdagangan. UMKM juga akan tumbuh,” jelasnya. “Dengan adanya Bendungan Bener otomatis sektor pertanian berkembang,” sambungnya. Melapangnya potensi investasi tersebut menjadi perhatian khusus bagi Pemkab Purworejo. Pada tanggal 22 Februari 2018 telah dilakukan pembentukan Satuan Tugas Percepatan Pelaksanaan Berusaha Kabupaten Purworejo yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati Purworejo Agus Bastian SE MM. Berikutnya pada 8 Maret 2018, Pemkab menerbitkan Peraturan Bupati (Perbup) Purworejo Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal di Kabupaten Purworejo. Adanya Perbup tersebut diharapkan menciptakan daya tarik dan daya saing bagi penanam modal maupun calon penanam modal serta meningkatkan penanaman modal. Selain itu, secara khusus Dinas PMPTSP juga telah menyiapkan berbagai terobosan. Beberapa di antaranya pendirian Mall Pelayanan Publik yang direncakanan terealisasi pada 2020. Inovasi itu merupakan salah satu upaya pengintegrasian pelayanan. Tidak hanya urusan perizinan daerah, di pelayanan itu masyarakat nantinya juga dapat menyelesaikan perizinan yang terkait dengan instansi vertical lainnya. “Kita ingin memberikan kemudahan bagi masyarakat dengan semua perizinan yang bisa diselesaikan di satu tempat, Mall ini. Beberapa hari yang lalu, tim dari Dinas PMPTSP Jawa Tengah sudah turun langsung ke sini untuk meninjau kesiapan kita,” jelasnya. Sejak tahun 2017 Dinas PMPTSP Purworejo juga juga telah meluncurkan kemudahan perizinan dengan Sistem Perizinan Daring bernama Si Ida. Sistem itu akan dikembangkan dengan aplikasi Manajemen Integrasi dan Pertukaran Data (Mantra). “Ini kita masih proses negosisiasi dan mengarah ke sana,” lanjutnya. Widyo juga mengaku telah menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait pelaksanaan megaproyek nasional. Pada 9 Juli kemarin, pihaknya menemui PT Angkasa Pura dan mendapat sambutan baik untuk mendapatkan space promosi khusus potensi investasi Purworejo di Bandara YIA. “Kemarin kita juga ke lokasi pembangunan Bendungan Bener dan dalam waktu dekat pihak pelaksana akan memberikan paparan progresnya,” bebernya. “Untuk Badan Otorita Borobudur (BOB) sudah oleh Dinas Pariwisata, tapi ke depan kita tetap akan komunikasi,” pungkasnya. Sementara itu, Purworejo Ekspres mencatat bahwa pengembangan zona BOB akan terus berlanjut hingga tahun 2024. Direktur Utama BOB, Indah Juanita, saat menjadi narasumber dalam acara Critical Voice Point (CVP) bertajuk BOB dan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Purworejo pada Kamis (25/4) menyebut, serapan sumber daya manusia (SDM) untuk pengembangan BOB diproyeksikan mencapai 2.720 orang tenaga kerja. Peluang itu dapat diambil oleh masyarakat Kabupaten Purworejo yang menjadi bagian dari pengembangan BOB. “Amenitas pertama yang dilaunching adalah Glamping pada tahun 2019,” sebutnya dalam paparan saat itu. Selain tingginya serapan SDM, pengembangan zona BOB memberikan dampak positif terhadap proyeksi jumlah pengunjung, kebutuhan kamar, dan nilai transaksi wisatawan. “Jadi sektor investasi di Kabupaten Purworejo, khususnya pariwisata, tentu akan semakin bertambah,” ungkapnya saat dikonfirmasi usai acara. (top)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: