Jembatan Darurat di Kwadungan Sebabkan Macet Panjang, Ganggu Aktivitas Ekonomi Masyarakat
MAGELANGEKSPRES.COM,TEMANGGUNG – Kemacetan panjang di jalan raya Temanggung–Wonosobo via Kecamatan Kledung tidak bisa di hindari. Seiring sistem buka tutup yang diterapkan oleh pengatur lalu lintas di jembatan darurat (bailey) di Jembatan Lodukuh Desa Kwadungan Gunung Kecamatan Kledung. Sebagaimana diketahui, jembatan darurat ini dipasang, setelah pondasi jembatan di desa tersebut mengalami longsor beberapa bulan lalu. Diharapkan pemasangan jembatan darurat ini mampu memperlancar transportasi di jalan nasional itu. Dari pantauan koran ini dilokasi tersebut, jembatan darurat tersebut hanya bisa dilalui oleh satu kendaraan bermotor, sehingga dengan sangat terpaksa penjaga jembatan tersebut menerapkan sistem buka tutup untuk meminimalisir kecelakaan. Hanya saja sistem ini, berdampak pada kemacetan kendaraan yang cukup panjang, bahkan pada akhir pekan dan hari libur nasional kemacetan kendaraan bisa mencapai 4 kilometer. “Kalu hari-hari biasanya tidak terlalu macet, tapi kalau hari Sabtu dan Minggu macetnya luar biasa,” tutur Hermanto salah satu penguna jalan, Minggu (6/9). Menurutnya, dari arah Temanggung antrean atau kemacetan kendaraan sudah dimulai dari Desa Paponan 2, padahal jarak hingga jembatan darurat itu kurang lebih sudah empat kilometer. Baca juga 12 Lawan 13, Berkas Pendaftaran As Winner dan Aman Lengkap Dengan kondisi ini katanya, jarak tempuh atara Temanggung ke Wonosobo menjadi lebih lama. Biasanya dalam kondisi normal bisa ditempuh dengan waktu antara 40-50 menit saja. Namun dengan adanya kemacetan ini waktunya bisa sampai 2 jam. “Kalau macetnya panjang bisa jadi 2 jam, macetnya sendiri sudah satu jam,” tuturnya. Ia mengaku, dalam sepekan paling tidak dua kali melakukan perjalanan ke Kabupaten Temanggung tepatnya ke Kecamatan Pringsurat. Sejak ada jembatan darurat itu setiap perjalanan pasti menemui kemacetan.Padahal jalur alternatif dari Temanggung ke Wonosobo jaraknya cukup jauh, sehingga banyak pengendara yang enggan memilih jalur alternatif tersebut. “Memang ada jalur alternatifnya, melalui Kecamatan Ngadirejo, lalu menuju ke arah Jumprit dan nanti akan tembus ke Kecamatan Kejajar Wonosobo, tapi harus memutar jauh,” tuturnya. Menurutnya, jalur Temanggung–Wonosobo melalui Kecamatan Kledung ini merupakan jalan nasional, jembatan darurat yang seharusnya dipasang juga yang bisa untuk berpapasan, bukan jembatan yang hanya untuk satu kendaraan saja. “Jika kondisinya seperti ini terus akan menganggu kegiatan perekonomian di masyarakat,” ujarnya. Apalagi tambah Budiyono warga di Desa/Kecamatan Kledung, saat ini petani tembakau sedang melakukan panen raya. Mayoritas petani di desanya dan di wilayah Kecamatan Kretek Wonosobo selalu menjemur tembakau ke wilayah Kabupaten Temanggung. Dengan kondisi jembatan tersebut, sangat menganggu aktivitas pertanian, biasanya hanya butuh waktu 40 menit perjalanan, namun kini bisa lebih. “Bagi kami sangat menganggu, jika kelamaan dijalan nanti takutnya tembakaunya tidak kering dalam satu hari,”tuturnya. Tidak hanya itu, saat akan mengirim tembakau rajangan kering ke gudang atau pembeli tembakau diwilayah Temanggung, juga harus mengantre lagi. Padahal buka tutupnya gudang ada jadwalnya. “Kalau sampai terlambat ke gudang bisa tambah rugi, padahal harga tembakau saat ini sedang tidak bagus,” keluhnya. Ia berharap, pemerintah yang berwenang segera bertindak cepat memperbaiki jembatan tersebut. “Minimal bisa diganti dengan jembatan darurat yang bisa berpapasan, sehingga tidak menimbulkan kecmacetan,”harapnya.(set)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: