Kerugian Miliaran Rupiah 

Kerugian Miliaran Rupiah 

MAGELANGEKSPRES.COM, WONOSOBO - Kematian ikan massal secara mendadak di Waduk Wadaslintang  masih berlangsung. Kelompok petani nelayan setempat mengaku ikan yang mati sudah mencapai 150 ton. Kerugian materi ditaksir mencapai Rp2 miliar lebih. “Kalau kerugian yang diderita  petani nelayan Waduk Wadaslitang cukup besar. Kita taksir miliaran, dari perhitungan yang dilakukan ikan yang mati milik kelompok tani nelayan sudah mecapai 150 ton lebih,” ungkap Ketua Kelompok Tani Nelayan Waduk Wadaslintang,  Suratno, kemarin. Menurutnya, hingga saat ini kematian masih terus terjadi, petani belum memiliki solusi terhadap kasus tersebut. Kerugian diperkirakan akan terus bertambah. Padahal sebagian besar anggota kelompok tani nelayan waduk mengandalkan hutang dari bank untuk mendukung usahanya. “Kami berharap pemerintah bisa menfasilitasi dan membantu petani yang mengalami kerugian. Utamanya yang berhutang kepada bank bisa mendapatkan keringanan pengembalian,” ujarnya. Selain itu, pihaknya juga berharap pemerintah daerah bisa memberikan bantuan benih ikan kepada petani untuk berusaha kembali, serta menurunkan tim ahli perikanan untuk mencari penyebab kematian massal ikan di karamba waduk tersebut. “Kalau tidak ada bantuan dari pemkab, petani karamba terancam bangkrut dan tidak dapat bangkit lagi,” ucapnya. Sebelumnya diberitkan, bahwa puluhan ton ikan karamba milik petani dan perusahaan swasta  yang berada di Waduk Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo mengalami kematian mendadak. Rata-rata perkaramba mengalami kematian sebesar 95%. Hal ini menimbulkan kerugian besar bagi para petani ikan karamba. Menurut Kepala Bidang Perikanan di Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan, Pramuji, gejala ini sudah pernah terjadi sepuluh tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2009. Untuk tahun ini gejala tersebut dirasakan mulai pada hari jumat (19/7), yang ditandai ikan yang berada di perairan umum sudah mengalami ketidaknormalan. Kematian parah ikan ini, diduga akibat perubahan iklim ekstrim saat kemarau panjang saat ini dengan panas yang luar biasa di siang hari, dan dingin dengan suhu yang sangat rendah saat malam hari yang mempengaruhi suhu serta volume air menjadi lebih sedikit. Sehingga, dengan volume ikan yang sama, menimbulkan up willing atau naiknya racun dari dasar waduk yang berasal dari sedimen atau tumpukan sisa pakan dari budidaya ikan. Gejala tersebut bisa dikatakan sebuah siklus tahunan. Dengan adanya perubahan iklim, saat masuk musim kemarau ditandai air Waduk Wadaslintang yang sudah surut dan menurun hingga hampir di kisaran 50% dari volume keseluruhan maka akan berpengaruh terhadap populasi dan perkembangan ikan, terutama yang berada di karamba. Hal ini menyebabkan munculnya gas amonia dari dasar waduk. Sehingga O2 yang dibutuhkan ikan menjadi langka dan menimbulkan kematian massal terhadap populasi ikan tersebut. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: