KH Ahmad dan PCNU Legowo
MAGELANGEKSPRES.COM,VIRALNYA pengajian pada Malam Tahun baru di masjid Agung Kota Tegal di media sosial dan pernyataan sikap PCNU Kota Tegal langsung ditanggapi Kapolres Tegal Kota AKBP Siti Rondhijah SSi. Kapolres melakukan mediasi antara Pengasuh Ponpes At Tauhidayat Giren Talang KH Ahmad Saidi bersama PCNU Kota Tegal, di ruang Kapolres Tegal Kota, Minggu (5/1). Mediasi tersebut dihadiri, Rois Syuriah PCNU Kota Tegal KH Misbachul Mustofa; Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Tegal dr Abdal Hakim; Sudiharto, wakil ketua; Khasan Mustofa, wakil ketua; dr Muslih Dahlan, sekretaris PCNU; dan Ust Yasid Muttaqin, katib PCNU. Selain itu, ikut mendampingi Kapolsek Tegal Timur Kompol Agus Endro Wibowo dan Kasat Intelkam Iptu Suroyo. Dalam mediasi tersebut, KH Ahmad Saidi mengaku, munculnya kata yang tidak pantas saat ceramah di Masjid Agung Kota Tegal pada saat Malam Tahun Baru, bukan untuk mengatai organisasi atau lagu yang sering dikumandangkan warga NU. KH Amad Saidi juga meminta teman- teman di NU untuk legowo. Sebab, dia mengaku tidak ada niat untuk melecehkan. ”Saya bersyukur ada yang mengingatkan. Saya mengatakan kata yang tidak pantas bukan untuk mengatai organisasi atau lagu tersebut. Namun ada berapa orang yang tidak suka kepada saya jadi permasalahan ini banyak yang menggoreng,” ungkapnya. KH Ahmad juga memperkirakan masyarakat NU tidak terlalu mempersalahkan masalah ini. Namun, pihaknya merasa tidak salah dengan perkataannya. Hanya saja dimungkinkan bahasanya yang kurang dipahami. ”Saya mohon dengan temen-teman di NU minta legowonya. Sekali lagi saya tidak ada niat untuk melecehkan, saya juga sudah berkomitmen untuk mengubah kata-kata saya yang mungkin dirasa tidak pantas, dan niat untuk berubah,” akunya. Dia menambahkan, kebersaman memang wajib, tapi ada batasanya. Rois Syuriah PCNU Kota tegal KH Misbahul Mustofa mengaku bahwa pihaknya sudah berusaha meredam permasalahan ini. Namun dari arus bawah sangat deras, makanya pihaknya menginginkan pertemuan tersebut untuk bertabayun antara NU dan KH Ahmad. Menurut dia, segala sesuatu yang dilakukan seperti berkunjung di tempat ibadah agama lain, mungkin banyak penafsiran dan mengunakan kaidah yang lain. ”Saya sebenarnya akan hadir di acara yang di Alun-alun Tegal. Namun di spanduk tidak ada logo NU. Jadi kami tidak jadi hadir. Dan saya heran kenapa acara sebesar itu dari dulu kok tidak ada logo NU, padahal mayoritas di Kota Tegal merupakan warga NU,” ulasnya. Dia menambahkan, dengan adanya tabayun tersebut, diharapkan menjadi pertanda semua masalah sudah selesai. Terlebih, KH Ahmad juga sudah meminta maaf atas kekhilafannya saat menyampaikan tausiyah karena terlalu bersemangat. Termasuk, pengalaman ini menjadi pembelajaran bagi semuanya agar lebih cermat dan berhati-hati dalam bertutur kata. ”Yang jelas, setelah adanya pernyataan dan itikad baik KH Ahmad menandakan permasalahan ini selesai dan tidak perlu diperpanjang,” ujarnya. Sementara itu, Ketua PCNU Kota Tegal dr Abdal Hakim Tohari mengatakan, melalui tabayun yang dihadiri PCNU dan KH Ahmad semoga menjadi berkah bagi semuanya. Dia juga berharap, melalui silaturrahim tersebut semua pihak bisa lebih menjaga kehormatan atau marwah bagi para ulama maupun organisasi. Adanya kekhilafan dalam memilih kata saat pengajian, mengakibatkan penafsiran yang berbeda-beda sehingga perlu diklarifikasi. ”Adanya dua interpretasi, yakni ujaran kebencian dan melecehkan organisasi NU sudah diluruskan dan diklarifikasi langsung KH Ahmad,” jelasnya. Sementara itu, Sekertaris PCNU Kota Tegal dr Muslih Dahlan berharap, dengan pertemuan tersebut bisa saling mengerti dan memahami. ”Kami harap ada pernyataan untuk penyelesaikan masalah ini,” tutupnya. Sementara itu, AKBP Siti Rondhijah SSi mengucapkan permintaan maaf karena pada Minggu (5/1) sekitar pukul 07.00 WIB, sudah mengundang rekan- rekan ulama. Dia mengaku, mediasi tersebut menindaklanjuti arahan Kapolda Jateng untuk memfasilitasi klarifikasi viralnya tausiyah KH Ahmad. Sebab, mudahnya mengakses media sosial memicu pro dan kontra, sehingga diperlukan tabayun untuk menyelesaikan permasalahan. Terlebih, penyampaian kalimat maupun kata yang kurang tepat menjadi hal sensitif dan perlu antisipasi agar tidak dipelintir oknum tidak bertanggung jawab. ”Alhamdulilah, kedua belah pihak akhirnya saling sepakat menyelesaikan masalah ini dengan musyawarah sehingga tidak ada permasalahan lagi,” katanya. ”Saya mengharapkan ada silahturahmi dan kerukunan antar agama organisasi dan etnis. Dan kalau semua sudah islah terkait permasalahan ini Insya Allah nanti para pengikut antara NU dan santri KH Ahmad Saidi juga sudah tidak ada permasalahan lagi,” imbuhnya. (gus/syf/fat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: