Korban Penyiraman Cairan Kimia Ditangani Lima Dokter Spesialis, Pelaku Masih Belum Diketahui Keberadannya
MAGELANGEKSPRES.COM,BREBES – Hasil pemeriksaan hari pertama oleh tim medis terhadap korban penyiraman cairan kimia, R,16, warga Desa Sisalam, Kecamatan Wanasari menyatakan korban mengalami luka bakar hingga derajat 2 sampai 3. Artinya sudah membakar ke jaringan otot. Akibatnya, pasien harus dirawat intensif selama dua minggu. Direktur RSUD Brebes dr Rasipin mengungkapkan, korban mengalami luka bakar kurang lebih 30 persen, yakni di kedua tangan, punggung, wajah bagian kanan, dan sebagian paha. Bahkan korban perlu ditangani dengan bedah plastik. Untuk menangani korban penyiraman ini, pihaknya menyiapkan lima dokter spesialis. ”Setelah perbannya dibuka, luka bakar pada ananda R ini ternyata derajat lukanya 2-3, yang artinya sudah membakar ke jaringan otot. Karena sudah lama di rumah selama dua bulan, setelah kami periksa sudah terjadi infeksi dan banyak jaringan kulit yang mati,” kata Rasipin Jumat (19/3). Rasipin menuturkan, pasien juga mengalami kontraktur atau banyak otot yang kaku dan harus ditangani serius. Sebab, sudah timbul jaringan-jaringan kulit baru. Ditambah lagi pasien R ini kondisinya masih tergoncang atau trauma, sehingga penanganannya pun harus holistik, termasuk penanganan psikologis. ”Kami akan menggunakan pendekatan penanganan psikologis, penanganan dokter bedah, penanganan dokter ortopedi. Karena di bagian punggung pasien ini ternyata ada pergeseran sendi,” lanjut Rasipin. Rasipin menerangkan, untuk kontraktur atau otot yang kaku pada korban harus ditangani dengan dokter bedah plastik. Termasuk menutup luka bakar yang menganga dengan cara mengambil jaringan kulit di bagian lain untuk kemudian ditempelkan pada luka menganga tersebut atau metode skin graft. Penanganan terakhir, lanjut Rasipin, akan ditangani oleh dokter spesialis bedah plastik yang akan dipandu oleh dokter ahli dari RS Kariadi, Semarang melalui virtual. Penanganan di hari pettama ini, pasien dilakukan operasi pengangkatan jaringan-jaringan kulit yang masti dengan anestesi (bius total). ”Untuk sembuh total itu cukup lama. Sebab, setelah operasi pengangkatan jaringan dan skin graft juga harus ada penanganan dari dokter spesialis rehabilitasi medik. Kalau sembuh lukanya itu kurang lebih dua minggu selesai. Tapi pemulihan fungsi jaringan-jaringan ini yang lama, dan harus melibatkan dokter spesialis rehabilitasi medik untuk terapi fungsi,” tambahnya. Dalam penanganan pasien R, lanjut Rasipin, pihaknya akan melibatkan lima dokter spesialis. Di antaranya spesialis psikolog, spesialis bedah, spesialis bedah ortopedi, spesialis bedah plastik, dan spesialis rehabilitasi medik. Paling tidak, pengobatan oleh tim dokter spesialis RSUD Brebes bisa mengembalikan fungsi organ-organ atau jaringan kulit korban.”Harapan kami bisa sembuh total. Tapi paling tidak bisa mengembalikan fungsi jaringan-jaringan kulitnya,” harapnya. Rasipin menduga, korban tersiram cairan kimia yang kemungkinan air keras. Namun, pihaknya belum bisa mengidentifikasi air keras jenis apa yang digunakan oleh pelaku untuk mencelakai korban. Rasipin mengungkapkan, jenis air keras ada tiga yakni asam sulfat, asam nitrat, dan asam fosfat. ”Belum tahu air keras jenis apa yang digunakan pelaku. Tapi semua jenis itu bisa menyebabkan luka bakar. Cairan kimia ini bisa didapatkan di toko material dan biasa untuk membersihkan karat besi,” pungkasnya. Sebelumnya, korban penyiraman cairan kimia, R, 16, siswi SMK akhirnya dilarikan ke rumah sakit, Kamis (17/3) lalu. Korban dibawa ke rumah sakit setelah dua bulan menjalani perawatan di rumahnya. Sejak peristiwa penyiraman pada 17 Januari 2021 lalu, korban sempat dirawat di rumah sakit dan lanjut perawatan di rumah. Keluarga korban penyiraman air misterius oleh orang tak dikenal di Desa Sisalam ini terpaksa menjual sepeda motornya untuk biaya pengobatan korban. Keluarga mengaku sudah tidak sanggup membawa R ke rumah sakit karena keterbatasan biaya. Sepeda motor yang dipakai korban saat kejadian sudah dijual untuk perawatan anak semata wayangnya. Sementara itu, orangtua korban, Washadi mengatakan, sepeda motor yang dipakai korban saat kejadian sudah dijual untuk perawatan anak semata wayangnya. Untuk biaya perawatan R sendiri cukup mahal, yakni Rp600 ribu sekali perawatan. Perawatan luka lepuh akibat penyiraman air keras ini harus dilakukan dua hari sekali. ”Sekali perawatan biayanya Rp600 dan harus dua hari sekali. Jadi kami terpaksa jual sepeda motor,” ujarnya. Diketahui, sebelum kejadian penyiraman cairan kimia, R berjualan kosmetik secara online. Saat itu, 17 Januari 2021, ada seseorang yang memesan barang jualannya dan mengajak cash on delivery (COD) di suatu tempat tak jauh dari Desa Sisalam. Namun, calon pembeli meminta COD dilakukan di tempat sepi. Awalnya mau COD di gapura masuk Desa Sisalam. Namun calon pembeli minta COD di dekat Puskesmas Sidamulya. Saat itu jam setengah 9 malam. Akhirnya korban balik lagi ke arah pulang. Saat perjalanan pulang ke rumah, di belakang ada sepeda motor yang mengikutinya. Tiba-tiba, pengendara sepeda motor itu menyiramkan air ke dirinya. Pelaku dua kali melakukan penyiraman ke R. Pelaku penyiraman menggunakan helm, jaket, dan sarung tangan, sehingga tak bisa dikenali. Awalnya R tidak merasakan apa-apa. Setelah sampai di rumah badan terasa sakit semua seperti terbakar. Sementara iotu, hingga saat ini kasus penyiraman cairan kimia terhadap remaja putri asal Desa Sisalam, Kecamatan Wanasari masih dalam penyelidikan. Polisi sudah melakukan pemeriksaan terhadap lima saksi kejadian. (fid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: