Kualitas Jelek, Harga Gabah di Temanggung Anjlok
MAGELANGEKSPRES.COM,TEMANGGUNG – Tingginya intensitas hujan selama masa tanam lalu, membuat kualitas gabah kering panen (GKP) menurun. Kondisi ini berdapak pada turunnya harga gabah hingga Rp500 per kilogram. Sarmi (60), seorang pengolola penggilingan padi di Kranggan mengatakan, harga gabah saat ini Rp4.000 per kilogram. Harga tersebut turun dari sebelumnya Rp4.500 per kg. Turunnya harga gabah ini karena kualitas gabah saat ini tidak sebagus pada musim kemarau. “Sejak beberapa hari lalu, harganya mulai turun,” terangnya,Senin (22/6). Menurutnya, turunnya kualitas gabah ini karena disebabkan proses pengeringan gabah paska panen tidak berlangsung sempurna, sehingga gabah-gabah tersebut ketika digiling ada yang pecah dan kualitasnya tidak cukup baik. “Kalau dimasak tidak seenak beras yang pengeringannya sempurna,” terangnya. Ia mengatakan, jatuhnya harga gabah diperkirakan terjadi karena kualitas panen yang buruk. Hal ini sebagai dampak dari curah hujan tinggi yang membuat gabah hasil panen mengandung kadar air yang teramat tinggi. “Harga gabah turun karena kualitasnya memang tidak bagus. Dari panen, penyusutannya sangat banyak, kandungan airnya terlalu tinggi, rendemennya bisa lebih dari 6,2 persen,” tuturnya. Plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Temanggung Masrik Amin mengatakan, untuk sampai pada gabah kering giling (GKG) dengan kadar air sesuai standar yang ditetapkan Bulog, yakni 14 persen. Maka gabah kering panen (GKP) perlu sejumlah perlakuan khusus. Untuk pengeringannya, juga memerlukan teknologi, sehingga perlu dikeluarkan lebih banyak biaya. Padahal, petani tidak cukup punya teknologi pengiringan tersebut. Sementara untuk menyimpan gabah dengan kadar air tinggi dan sulit dikeringkan karena tidak ada panas matahari tentu tidak mungkin. Sebab, gabah tersebut akan lebih cepat tumbuh menjadi bibit tanaman padi. “Jalan satu-satunya, petani biasanya menjual gabah dalam kondisi masih basah baru panen itu. Pedagang yang membeli pun pasti menyepakati harga murah karena mereka harus mengeluarkan biaya tambahan untuk perlakuan khusus dan pengeringan,” ujarnya Kondisi tersebut, katanya, berbeda jika cuaca panas dimana petani lebih cukup waktu dan kesempatan untuk mengeringkan gabah. Tentu lah mereka bisa menjual gabah dalam kondisi kering sesuai standar, dan harga gabah pun akan terjual lebih mahal. “Kalau produksi, kita cukup, tapi untuk teknologi pengeringan, petani kita tidak punya, jadi harus jual gabah yang masih basah dan harganya murah kalau kondisi begini,” ujarnya.(set)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: