Kuota Pupuk Bersubsidi Turun, Petani di Temanggung Kesulitan Dapatkan Pupuk

Kuota Pupuk Bersubsidi Turun, Petani di Temanggung Kesulitan Dapatkan Pupuk

MAGELANGEKSPRES.COM,TEMANGGUNG – Dari tahun ke tahun kuota pupuk bersubsidi untuk petani terus mengalami penurunan. Alhasil, dalam satu tahun ini petani di Kabupaten Temanggung sering kesulitan mendapatkannya. Bahkan di awal pekan ini ratusan petani dari lereng Gunung Sumbing tepatnya Desa Pagersari menggeruduk kantor DPRD setempat. Menurut Sugati, salah satu petani di Desa Pagersari, yang menjadi petani semakin bingung yakni ketika akan menebus pupuk miliknya yang sudah tercatat dalam Kartu Tani. Kuota pupuk jelas ada tapi saat akan ditebus pupuknya yang tidak ada. “Ini kan yang membuat kami bingung, kuota jelas ada, tapi saat akan ditebus pupuknya tidak ada,” keluhnya. Ia berharap, petani bisa mendapatkan akses yang lebih mudah untuk mendapatkan pupuk, sebab pupuk merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa ditunda-tunda. “Jika saatnya memupuk tapi tidak dipupuk, maka tanaman kami menjadi tidak bagus, bahkan efeknya bisa sampai ke gagal panen,” katanya. Terpisah, Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung, Harnani Imtikhandari mengatakan, subsidi pupuk sudah mulai berkurang sejak tahun 2017. Atas kondisi turunnya subsidi tersebut, sudah terprediksi petani akan mengalami kekurangan pupuk. “Setiap tahun kuota pupuk subsidi terus menurun, kondisi ini pasti akan berdampak pada petani. Namun sebenarnya pengurangan kuota pupuk subsidi ini agar petani bisa beralih menggunakan pupuk organik atau yang lainnya selain pupuk kimia,” terangnya. Sebelumnya, kuota pupuk untuk Kabupaten Temanggung selalu di kisaran 22 - 24 ribu ton per tahun. Kemudian pada tahun 2018 kuota pupuk yang didapat berkurang menjadi hanya kisaran 20 ribu ton. Tahun 2019 kuota pupuk berkurang lagi menjadi 18 ribu ton. Lalu di tahun 2020 ini kuota subsidi pupuk hanya mencapai sekitar 15 ribu ton saja. \"Harga produksi pupuk di pabrik makin lama makin naik, sementara nilai subsidi dari APBN tetap, jadi otomatis formulasinya makin lama makin berkurang,\" ujar Harnani. Namun demikian, kata Harnani, pihaknya juga kesulitan memprediksi kapan petani memiliki uang untuk bisa menebus pupuk. Acapkali saat mereka memiliki uang untuk menebus pupuk, ternyata pupuk tidak tersedia di Kios Pupuk Langsung (KPL). Padahal saat petani tidak memiliki uang dan belum masanya tanam, barang pupuk subsidi tersedia di KPL. \"Susahnya petani tidak bisa memprediksi kapan punya uang untuk menebus pupuk. Kalau kita kan alokasi per bulan. KPL menyediakan alokasi berdasarkan RDKK, kemudian kalau numpuk kan juga tidak efektif,\" katanya. Harnani menyontohkan, kadang semua petani menebus pupuk hanya di bulan Oktober, sehingga alokasi bulan itu akan menjadi semakin besar. Lalu kuota bulan November tidak tertebus. Tapi ketersediaan pupuk Bulan Juli, Agustus, September terbeli semua di bulan Oktober. Bahkan mungkin November tidak terbeli. \"Karena petani punya uang hanya kalau usai panen. Tapi alokasi itu kan per bulan. Misal KPL punya 100 ton pada Agustus, September punya 100 ton dan Oktober punya 100 ton, jadi kan 300 ton. Tapi Oktober ini orang yang harusnya menanam November sudah membeli pupuk semua di Oktober. Harusnya alokasinya cukup untuk sampai November, tapi karena petani hanya punya uang saat setelah panen saja jadi itu yang bikin susah,\" jelasnya. Seringkali petani juga menggunakan pupuk secara berlebihan, tidak sesuai rekomendasi yang diberikan Dinas Pertanian, sehingga pupuk menjadi kurang. Petani memupuk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan rekomendasi pemupukan tanaman. \"Misalnya petani punya lahan 1 hektar, biasanya saya rekomendasinya 250 kg pupuk urea. Orang memupuk tanaman dasarnya karena kebiasaan, bukan karena rekomendasi pemupukan. Urea sebenarnya 250 kg, tapi orang kadang kalau nggak 500 kg tidak merasa cukup. Cukup atau tidak cukup jadi malah rancu,\" jelas Harnani lagi. Padahal, katanya, jumlah pupuk banyak tidak berpengaruh ke produksi. Dalam pemupukan, yang penting berimbang kadar N dan P. Tapi banyak orang menganggap pupuk ZA untuk tanaman tembakau kadarnya harus lebih banyak. Adapun untuk tanaman padi pupuk urea lebih banyak. Padahal dalam memupuk tanaman mestinya kadar N, P Za seimbang akan lebih efektif untuk pertumbuhan karena masing-masing bagian tersupport, ada untuk akarnya, ada vegetatifnya.(Set)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: