Mbah Moen seperti Kitab Hidup yang Berjalan
Kedubes RI Terbitkan Tiga Surat Agar Bisa Dimakamkan di Ma\\\'la Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menggelar rapat pleno pada 20 Agustus 2019 mendatang. Agendanya adalah memutuskan waktu dan tempat muktamar. Sebelum rapat, biasanya pengurus PBNU sowan kepada KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen untuk meminta nasihat dan masukan. Tapi kali ini rencana tersebut tidak terwujud. Ini setelah ulama kharismatik tersebut berpulang ke rahmatullah pada Selasa (6/8) waktu Mekkah. \"Ini sebenarnya adalah tradisi PBNU. Kami kan mau gelar rapat pleno 20 Agustus. Biasanya kami sowan dulu ke Mbah Moen untuk silaturahmi. Tetapi, almarhum lebih dulu dipanggil Allah SWT,\" kata Ketua PBNU Marsyudi Suhud di Jakarta, Rabu (7/8). PBNU mengaku kehilangan sosok ulama besar tempat bertanya, pemberi nasehat layaknya kitab hidup yang berjalan. Biasanya lanjut Marsudi, setiap silaturahmi pengurus akan menyampaikan apa-apa saja yang akan dilaksanakan di rapat. Bahkan pengurus membawa draf yang akan dibahas dalam kegiatan PBNU tersebut. Para pengurus akan mendengar masukan-masukan dan nasihat dari Mbah Moen. \"Seperti pada silaturahmi sebelum Munas Banjar, Jawa Barat, digelar. Pengurus menyampaikan materi yang akan disampaikan dalam kegiatan tersebut. Antara lain membahas tentang kebangsaan dan wathoniyah, tentang kesetaraan berbangsa umat muslim dan non muslim. Respon Mbah Moen, langsung mengiyakan. Kemudian beliau carikan sumber referensinya dari ini dan itu. Beliau mengatakan dulu Rasulullah SAW juga begitu,\" terang salah satu Ketua MUI Pusat ini. Marsudi menyatakan kegiatan Rapat Pleno membahas jadwal muktamar tetap akan dilaksanakan meski rencana sowan memintas nasehat dari Mbah Moen tidak terlaksana. Rapat Pleno 2019 akan laksanakan di Pondok Pesantren Al-Muhajirin, Purwakarta, Jawa Barat. Rapat Pleno tersebut akan membahas segala hal terkait muktamar seperti tema, waktu dan tempat serta hal-hal lain baik internal maupun eksternal. Selain ilmu dan nasihatnya banyak didengar para ulama dan kyai, Mbah Moen juga dianggap sebagai sesepuh yang doanya diyakini makbul. \"Beliau ini seperti kitab hidup yang berjalan. Karena itu, kami selalu meminta nasihat dari almarhum. Kyai dan ulama di Indonesia mau NU, atau MUI rujukannya Mbah Moen. Urusan apa saja. Beliau mencarikan solusi dan contoh-contoh seperti yang dilakukan Rasulullah,\" imbuhnya. Marsyudi mengisahkan sikap kebangsaan yang disampaikan oleh Mbah Moen ketika mereka datang bersilahturahmi. Almarhum menyampaikan: \"Sudah Indonesia ini sudah Darussalam. Negara damai tidak usah ganti-ganti sistem yang belum tentu baik. Tinggal jalani saja. Kalau kurang-kurang sedikit ya dibenerin. Inilah tempat lahir dan hidup kita. Insya Allah semuanya sudah mengikuti perintah Allah. Begitu pesan beliau. Kita yang mendengarnya mantap di hati,\" lanjutnya. Seperti diketahui Mbah Moen dikenal sebagai ahli fiqih Islam yang peduli dengan politik kebangsaan. Pemimpin Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah juga menjabat sebagau Mustasyar PBNU dan Ketua Majelis Syariah di DPP PPP. Mbah Moen wafat pada Selasa (6/8), di Mekkah, Arab Saudi, pada pukul 04.17 waktu setempat. Sementara itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zainut Tauhid Saadi mengatakan almarhum Mbah Moen berpesan agar MUI terus menjadi organisasi yang menebarkan nilai-nilai Islam yang damai rahmat untuk alam semesta (rahmatan lil \\\'alamin). \"MUI harus dapat menjaga hubungan harmonis baik sesama umat Islam, umat agama lain maupun hubungannya dengan pemerintah,\" ujar Zainut. Dia mengaku bertemu terakhir dengan Mbah Moen selama dua jam pada 27 Juli sebelum almarhum bertolak ke Tanah Suci, Arab Saudi, untuk berhaji. Mbah Moen, lanjutnya, berpesan kepada Zainut bahwa MUI juga harus menjadi pemersatu umat Islam dan bangsa Indonesia. Almarhum menitipkan harapan kepada MUI agar menjadi wadah yang terus mengembangkan nilai-nilai Islam wasathiyah. \"Indonesia itu negara yang memiliki keistimewaan, meskipun beragam suku bangsanya tetapi bisa bersatu dan umat Islam harus menjadi simpul pemersatunya. Begitu pesan beliau,\" imbuhnya. Zainut menyebut dua jam pertemuan terakhir dengan Mbah Moen terasa sangat singkat. Mbah Moen bukan saja seorang ulama yang memiliki kedalaman ilmu dan kearifan. Tetapi juga menjadi teladan bagi santri dan masyarakat Indonesia. \"Beliau adalah guru bangsa yang selalu mengajarkan pentingnya makna persatuan, kebhinnekaan dan toleransi. Di usia senjanya beliau tidak pernah lelah berdakwah menyampaikan pesan-pesan damai dan menyejukkan. Tidak pernah berhenti memikirkan nasib umat, bangsa dan negara,\" pungkasnya. Sejumlah Tokoh Besar Dimakamkan di Ma\\\'la Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, menyatakan pemerintah menerbitkan tiga surat sebagai lobi diplomatik kepada pemerintah Arab Saudi. Surat itu bertujuan agar Mbah Moen dapat dimakamkan di Kompleks Pemakaman Mala di Mekkah. Menurut Lukman, pemakaman Mala sejatinya bukan diperuntukkan untuk jamaah Indonesia yang meninggal di Mekkah saat menunaikan ibadah haji. Mala adalah pemakaman yang dikhususkan bagi warga Mekkah. Ada pemakaman tersendiri bagi jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia di Mekkah, jelas Lukman. Kompleks pemakaman itu selama ini dikenal sebagai makam yang mulia dan hanya diperuntukkan untuk mengebumikan tokoh-tokoh tertentu. Namun, lanjutnya, Mbah Moen merupakan ulama besar yang sangat pantas dimakamkan di pemakaman yang terhormat dan semulia Mala. Karena itu, Kedubes RI di Arab Saudi menerbitkan tiga surat sakti sebagai lobi diplomatik agar Mbah Moen bisa dimakamkan di Mala. Dubes RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebreil menjelaskan tentang proses pengurusan jenazah Mbah Moen hingga akhirnya bisa dimakamkan di Mala. Kami terbitkan tiga surat diplomatik. Pertama ditujukan kepada Raja Arab Saudi meminta kepada Raja Salman bahwa ada ulama besar Indonesia wafat di Mekkah. Kami meminta untuk dimakamkan di Mala. Yang kedua surat ditujukan kepada Gubernur Mekkah. Yang ketiga kepada Amir Al Muqoddasah, kata Agus. Dia menjelaskan proses lobi diplomatik itu juga banyak dibantu oleh warga Indonesia yang tinggal di Mekkah. Banyak pihak membantu dan warga kita di Arab Saudi sangat membantu semua proses. Alhamdulillah saya sangat bahagia melihat Mbah Moen dimakamkan di Mala, sebuah tempat jannatul Mala, paparnya. Mala merupakan sebuah perkampungan di Mekkah dan pada zamannya. Rasulullah SAW juga warga Kampung Mala sebelum berhijrah ke Madinah. Di Mala itu pula, sang istri, Siti Khodijah dimakamkan. Sejumlah tokoh besar lain juga dimakamkan di Mala. Di antaranya Syaikh Nawawi al-Bantani (kakek buyut Kiai Maruf Amin), Syaikh Amin Al Quthbi al-Lomboky, Syaikh Khotib Minangkabau, Sayyid Ibrohim, Sayyid Qosim, Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki. Kompleks pemakaman Mala jaraknya tak begitu jauh dari Masjidil Haram atau sekitar kurang lebih 500 meter.(rh/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: