Panen Raya Tembakau Terburuk, Dalam 10 Tahun Terakhir
MAGELANGEKSPRES.COM,TEMANGGUNG – Diakhir panen raya tembakau 2020, nasib petani semakin tidak menentu. Harga tembakau semakin tidak sesuai harapan. Panen raya tembakau 2020 ini menjadi panen tembakau terburuk yang dialami petani dalam kurun waktu 10 tahun terkahir. Winarno (54) salah satu petani menuturkan, dirinya terlahir dari seorang petani tembakau dan sampai saat ini masih menjadi generasi penerus petani tembakau. Dalm kurun waktu puluhan tahun yang sudah jalani, panen raya tembakau tahun ini memang tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, panen raya tembakau tahun ini memang menjadi pengalaman yang sangat berarti bagi dirinya, sebab selama menjadi petani baru tahun ini mengalami panen raya yang sangat susah. “Sekarang ini memang kondisinya campur aduk, katanya sedang musim korona, jadi apa-apa menjadi susah,” tuturnya disela istirahatnya Rabu kemarin. Ia menuturkan, petani tembakau di lereng gunung Sumbing adalah petani yang terakhir melakukan panen raya tembakau. Diakhir panen raya ini kondisinya semakin tidak menguntungkan petani. Selain harga jualnya semakin murah, semakin sedikit gudang yang masih melakukan pembelian. “Panen raya tahun ini tembakau saya paling mahal laku terjual Rp65.000 per kilogram, padahal kualitas tembakaunya cukup bagus,”tuturnya. Baca juga Masyarakat Temanggung Diminta Lebih Waspada Covid-19 Harga tersebut menurutnya, jika dibandingkan dengan harga jual tembakau dari tahun-tahun sebelumnya masih sangat jauh. Apalagi jika dibandingkan saat tembakau terjual dengan harga mahal. “Kan sudah grade D, kalau kondisinya bagus atau normal harga jualnya bisa Rp90.000 sampai Rp100.000 per kilogram,” ujarnya. Jauhari (43) petani lainnya jga menuurkan hal yang sama. Menurutnya, panen raya tahu ini memang menjadi panen raya terburuk dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini. Di tahun 2013 dan 2014 lalu saat panen raya cuaca tidak begitu mendukung. Namun harga jual tembakau masih diatas harga tembakau saat ini. “Saat itu tembakau saya tertinggi bisa mencapai Rp140.000, sekarang mana ada yang laku segitu,” ujarnya. Menurutnya, ditahun 2018 juga cuaca tidak mendukung, hujan sangat sering terjadi, namun pabrikan masih membeli tembakau dengan harga yang cukup pantas dan sesuai dengan kualitas. Ia menuturkan, panen raya tahun ini memang menjadi panen raya yang sangat memberatkan petani, selain karena harga tembakau yang sedang tidak bagus. Kondisi perekonomian saat ini sangat tidak menentu. “Kami hanya bisa pasrah saja, harapan kami tembakau terakhir milik petani bisa terbeli semua, bisa menyambung kebutuhan ekonomi kedepan. Kalau untuk bercocok tanam lagi sepertinya cukup berat,”keluhnya. Ia berharap, di tengah-tengah pandemi Covid-19 ini, petani masih diperhatikan oleh pemerintah, sehingga kedepan petani bisa kembali bekerja dan beraktivitas sebagaimana mestinya sebagai seorang petani. “harapan kami kedepan pupuk mudah didapat, harganya juga tidak terlampau mahal. Syukur-syukur ada bantuan dari pemerintah,”harapnya.(set)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: