Sang Eksekutor yang Religius, Salat Istikarah dan Pertanyakan Uang Halal-Haram

Sang Eksekutor yang Religius, Salat Istikarah dan Pertanyakan Uang Halal-Haram

MAGELANGEKSPRES.COM,Dicky Mahfud, eksekutor kasus penembakan terhadap bos pelayaran Sugianto di Gading Square, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Kamis (13/8) merupakan seorang yang religius. Sebelum melancarkan aksi pembunuhan dia salat Istikharah dan juga menanyakan halal tidaknya uang bayaran yang diterima. Sosok Dicky (DM) alias Mahfud (M) yang religius terungkap saat rekonstruksi kasus penembakan yang digelar di Polda Metro Jaya, Selasa (25/8). Rekonstruksi dipimpin Wadir Krimum Polda Metro Jaya AKBP Jean Calvijn Simanjuntak, Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya Kompol Handik Zusen, Kanit IV Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKP Noor Marghantara dan Kanit I Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKP Herman Edco Simbolon. Dalam rekonstruksi, tersangka Rosidi (R) menghubungi DM pada 10 Agustus 2020. Melalui sambungan telepon, DM ditawarkan untuk menjadi eksekutor pembunuhan. Awalnya DM menolak ajakan para tersangka lain untuk membunuh Sugianto. DM beralasan dia sudah bertaubat. \"Pak Mahfud mau nggak bunuh orang?\" kata penyidik menirukan R dalam rekonstruksi. \"Mohon maaf saya sudah bertaubat,\" ujar DM. Saat dihubungi, DM masih berada di Bangka Belitung. Namun akhirnya dia tergiur dan menjadi eksekutor Sugianto. Sebab, R kembali meyakinkan DM dengan menyebut pembunuhan itu diminta oleh Ruhiman (MM) suami sirih Nur Luthfiah (NL). Bahkan RS menyebut bahwa sosok MM merupakan sosok penerus perjuangan ayah NL yaitu ustadz NG adalah sosok yang disegani oleh para tersangka di Lampung. Para tersangka adalah murid-murid almarhum NG. \"Saya istikarah dulu Pak,\" jawab Mahfud. \"Oke silakan istikarah, tapi saya pun akan konfrontasi ke Kakang (MM),\" ujar R. R kembali membujuk DM pada 11 Agustus. Di mana R kembali menghubungi Mahfud dengan memberi langsung sambungan telepon itu ke MM. \"Pak Mahfud kemarin gimana Pak Rosidi (RS) udah ada cerita-cerita belum?\" tanya MM. \"Sudah,\" jawab DM. \"Kalau sudah siap besok berangkat?” jawab MM. \"Saya Istikarah dulu,\" ujar DM. Akhirnya DM menyetujui tawaran tersebut. Dia pun terbang dari Bangka Belitung ke Jakarta pada 12 Agustus. Setiba di Bandara Soekarno Hatta dia dijembut para tersangka lainnya. DM kemudian melakukan eksekusi pembunuhan dengan menembak Sugianto di dekat kantornya yang berada di Ruko Royal Gading Square, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada 13 Agustus 2020. Usai melakukan eksekusi, DM, SY, R, AJ, dan DW serta MM melakukan pertemuan di rumah MM. Di situ, MM memberikan uang Rp 100 juta kepada DM. \"Tersangka Ruhiman, Junaedi, Rosidi, Syahrul, Mahfud, Dedi kumpul. Di depan semua tersangka, tersangka Maman memberikan Rp 100 juta ke Mahfud,\" kata Kanit IV Resmob AKP Noor Maghantara membacakan adegan pada rekonstruksi. DM sempat mempertanyakan halal-tidaknya uang yang diberikan. MM pun menyebut uang itu halal. \"Tersangka Mahfud menanyakan ke tersangka Ruhiman, \\\'halal nggak ini? Kalau nggak halal saya nggak terima,\" ujar Noor menirukan ucapan DM. \"MM bilang \\\'halal dan kekurangannya akan diberikan saudara Junaedi,\" sambung Noor. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan ada 34 adegan diperagakan dalam rekonstruksi kasus pembunuhan berencana bos pelayaran Sugianto. \"Ada 34 adegan dengan tiga bagian. Mulai dari pembelian senjata, perencanaan, hingga pasca (pembunuhan),\" katanya. Dalam perkara ini, Yusri menyebut ada dua kasus yang diusut, yakni pengadaan senjata api dan pembunuhan. Dalam pembunuhan berencana ada 10 tersangka, yakni Nur Luthfiah (NL/34), Ruhiman (R alias MM/42), Dikky Mahfud (DM alias M/50), Syahrul (SY/58), Rosidi (R/52), Mohammad Rivai (MR/25), Dedi Wahyudi (DW alias D/45), Ir Arbain Junaedi (AJ/56), Sodikin (S/20), dan Raden Sarmada (RS/45). Sementara itu, dalam pengadaan senjata api ada tiga tersangka. Satu tersangka di antaranya terlibat pembunuhan berencana. Mereka ialah Totok Hariyanto (TH/64), Suprayitno (SP/57), dan AJ. \"AJ berperan menyiapkan senjata api dan melatih eksekutor DM menembak. Sebab DM yang didatangkan dari Bangka Belitung tidak mahir menggunakan senjata api,\" ungkap Yusri. Sedangkan TH pemilik senjata api. TH menjual senjata api ilegal kepada SP seharga Rp20 juta untuk dijual kepada AJ. SP mendapat komisi Rp5 juta dari hasil perantara jual beli senjata api itu. \"Jadi membeli senjata itu sudah lama dengan keperluan untuk jaga-jaga dari AJ, ini lah senjata yang dipakai eksekusi oleh pelaku DM di tempat kejadian perkara (TKP),\" ujar Yusri. Dalam rekonstruksi pengadaan senjata api para tersangka memperagakan tujuh adegan. Setelah itu, reka adegan masuk pada proses perencanaan pembunuhan yang didalangi NL, staf administrasi keuangan Sugianto. \"Bagaimana dia mengeluh kepada suami sirinya (MM) mulai 20 Maret lalu dengan berbagai alasan atau motif mulai dari sakit hati dan korban juga melaporkan ke kantor polisi karena penggelapan pajak yang dituduhkan kepada NL,\" ungkap Yusri. Rekonstruksi perecanaan pembunuhan ini memperagakan 20 adegan. Terakhir, rekonstruksi pascapenembakan terhadap Sugianto. \"Mereka membagi uang hasil yang diberikan NL dan diberikan ke AJ maupun DM dan bagaimana sampai mereka menyimpan semua barang-barang bukti yang lain,\" tutur Yusri. Total ada 34 adegan. Rekonstruksi di Mapolda Metro Jaya ini mengganti lokasi kejadian di rumah NL, Cileungsi, Hotel Ciputra Cibubur, Bekasi, Jawa Barat dan Tangerang. Adapun rekonstruksi dilanjutkan di rumah toko (Ruko) Royal Gading Square, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Rekonstruksi memperagakan penembakan terhadap Sugianto. Sebelumnya Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana mengungkapkan DM, sebelum menembak Sugianto sempat berlatih menembak. Nana menyebutkan, bahwa DM sejatinya tidak memiliki kemampuan menggunakan senjata api. Adapun, senjata api yang digunakan DM yakni jenis Pistol Browning tipe BDA (Browning Double Action) 380 auto warna hitam cokelat. \"Saudara DM belum punya kemampuan menembak, sehingga yang bersangkutan dilatih menembak oleh AJ,\" kata Nana, Senin (24/8). DM awalnya bukan lah pihak yang masuk dalam daftar perencanaan pembunuhan. Namun, lantaran percobaan pembunuhan pertama gagal akhirnya DM ditawari untuk menjadi eksekutor untuk menembak mati Sugianto. \"Awalnya yang bersangkutan bukan pelaku tapi untuk kepentingan bersama, dan DM menyanggupi dengan alasan untuk perjuangan,\" ujar Nana. Nana menjelaskan alasan DM menyanggupi permintaan menjadi eksekutor penembakan lantaran memiliki utang budi alias kesamaan perjuangan selaku murid dari orangtua tersangka NL. Sampai pada akhirnya, DM pun datang jauh-jauh dari Bangka Belitung ke Jakarta. \"Sindikat ini satu kelompok, kebetulan para pelaku ini adalah murid dari orangtua NL. Sehingga mereka dengan alasan perjuangan dimana NL dalam ancaman (korban) sehingga DM menyetujui datang ke Jakarta,\" beber Nana (gw/fin).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: