Sedot Pengunjung, Jiflok Buka Era Baru 

Sedot Pengunjung, Jiflok Buka Era Baru 

MAGELANGEKSPRES.COM, TEMANGGUNG – Ribuan pengunjung dari seluruh penjuru Kabupaten Temanggung menyaksikan gelaran puncak Festival Sindoro Sumbing (FSS) di Temanggung, yang tersaji dalam Java International Folklore (Jifolk), di Alun-alun Temanggung, Jumat - Minggu (12-14/7). Sejak hari pertama digelar tarian tradisional dalam acara tersebut sangat menyedot ribuan penonton. Bahkan di hari kedua tepatnya pada hari Sabtu, Alun-alun Temanggung seperti lautan manusia. Di hari pertama Jifolk mementaskan lima kesenian berbasis tradisi dari sejumlah daerah di Indonesia.Yakni, jaran kepang dari Temanggung, kubro siswo dari Magelang, dan tari soreng dari Temanggung, kemudian kethek ogleng dari Wonogiri, dan tari barong dari Bali.‎ Penonton pun tumpah ruah di alun-alun dan sekitarnya. Seorang penonton, Rahayu, mengaku ingin menyaksikan eksotisme tarian barong dari Bali. Ia mengaku terkesima oleh penampilan tarian tradisional Pulau Dewata tersebut. \"(Penampilan tarian) yang lain sudah beberapa kali nonton. Kalau tari barong‎ kan jarang, mumpung ada di sini,\" kata Ayu, sapaan akrabnya. Kurator Indonesiana Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ‎(Kemendikbud), Lefidus Malau, mengatakan pementasan ini merupakan bagian dari platform Indonesiana. Ia menyebut, Indoseiana merupakan platform pemajuan kebudayaan yang merupakan turunan dari UU 5/2017. \"Platform ini ditujukan untuk memajukan kebudayaan. Praktiknya adalah pemerintah pusat dan daerah memasilitasi komunitas-komunitas budaya maupun aktivitas-aktivitas kebudayaan, dari bawah terus diangkat ke atas,\" ujarnya. Sehingga, menurut dia, bukan berdasarkan konsep yang selama ini sering dipraktikkan. Di mana modus (operandi) sebelumnya, pemerintah‎ mengadakan program/kegiatan, bari kemudian \\\'mengajak\\\' masyarakat untuk bermain kesenian. \"Sekali lagi, ini polanya berbeda. Saya tekankan lagi, tujuan Indonesiana adalah masyarakat mengembangkan kegiatan (kesenian-kebudayaa) dan pemerintah memberikan fasilitas, agar kegiatan itu berkembang dan berjalan,\" tuturnya. ‎Harapan ke depan, komunitas budaya di seluruh Nusantara bisa mengadakan kegiatan untuk memajukan kesenian-kebudayaannya sendiri. Di mana nantinya, dalam kegiatan itu interaksi pemerintah semakin berkurang, tapi sekaligus penyediaan anggaran pemajuan kebudayaan semakin besar. Ditambahkan, selain Temanggung, terdapat banyak daerah yang mengajukan untuk bisa menggelar platform Indonesia. Hanya, dari sekian daerah yang mengajukan, sebagian di antaranya berguguran, karena ada perbedaan pemahaman. \"2019 ini, ada 20 daerah yang menggelar kegiatan serupa ini. Di antaranya di Gayo Luwes (Nagroe Aceh Darussalam), Padang, Banten, Jogjakarta, Malang, Blitar, Tulungagung, Mojokerto (ke‎empatnya merupakan daerah di Jawa Timur), Ambon, Ternate, Belu, dan lainnya,\" ucap Lefidus. Bupati Temanggung, M Al Khadziq, mengatakan gelaran Jifolk ini merupakan pengalaman baru dalam event seni-budaya di Temanggung. Sekaligus, pancingan ‎kepada para pelaku seni-budaya, para stakeholder terkait, untuk semakin meningkatkan mutu penyelenggaraan kegiatan event seni-budaya. \"Sehingga, kesenian-kebudayaan di Temanggung terjaga kelestariannya, di sisi lain bisa ‎menjadi agenda pariwisata. Sebab genetika masyarakat Temanggung pada dasarnya adalah genetika kebudayaan‎,\" tuturnya. (set)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: