Tak Ada Anggaran Perbaikan Pipa, PDAM Kota Magelang Kesulitan Tekan Angka Kebocoran
MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG – Angka kebocoran air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Magelang hampir 50 persen. Hal ini ditengarai dua faktor yakni nonfisik dan fisik. Plt Kepala Bagian Teknik PDAM Kota Magelang, Parjio menyebutkan, faktor fisik disebabkan karena banyaknya pipa yang bocor. Sedangkan faktor non fisik yakni kesalahan yang disebabkan peralatan meteran yang tidak berjalan optimal, juga karena adanya sikap pelanggan nakal. ”Faktor fisik paling besar, karena pipa yang bocor, sehingga banyak air yang terbuang. Kalau pipa yang bocor itu terlihat dari permukaan tanah bisa cepat ditangani, tapi kalau sebaliknya sangat sulit,” kata Parjio, kemarin. Lebih sukar lagi, karena sebagian besar pipa yang bocor mengarah ke dalam tanah, sehingga tidak menimbulkan genangan air di permukaan tanah yang dengan mudah terdeteksi. ”Kalau pipa bocor ini bisa ditambah atau diganti. Penggantian pipa sendiri biayanya tidak murah,” ucapnya. Terlebih lagi, tahun depan, kemungkinan tidak ada program penggantian pipa lama yang disinyalir banyak yang bocor. Salah satunya karena terimbas pandemi Covid-19, sehingga anggaran diprioritaskan untuk kebutuhan yang lain. Baca Juga 639 Pengawas Pilkada Purworejo Jalani Rapid Test, 7 Reaktif, 2 Terkonfirmasi Positif ”Sekarang kita maksimalkan perawatan dan perbaikan saja,” sebutnya. Sedangkan untuk faktor nonfisik, disebutkannya, meter tidak akurat, pelanggan nakal seperti mengganggu jalannya meteran atau sambungan sebelum meteran, dan faktor kesalahan pengolahan data serta kesalahan pembacaan meter oleh petugas. ”Namanya manusia bisa saja salah. Solusi yang kita garap sekarang memulai akurasi meter di tiap pelanggan. Kalau ada meter yang tidak akurat langsung diganti. Kita cek satu-satu meternya dengan terlebih dahulu dilakukan survei,” terangnya. Ia menambahkan, selama ini akurasi meter belum dilakukan rutin, karena yang kerap dilakukan ganti meter yang umurnya lebih dari lima tahun. Sementara untuk uji tera alat meter juga hanya bisa dilakukan untuk kasus tertentu. ”Sebenarnya ada solusi lain juga, yakni zonasi dengan mengisolasi suatu wilayah dan diberi meter induk untuk dianalisa. Kita pernah lakukan di level terkecil, tapi tidak efektif. Biaya untuk zonasi juga tidak murah,” imbuhnya. Meski demikian, sejumlah program tengah disiapkan agar angka kebocoran air bisa diminimalisasi. Ia menyebutkan, angka kehilangan air yang tinggi ini terdeteksi setelah terpasang meter induk di semua instalasi produksi. Total ada 7 meter induk baru yang terpasang di 5 sumber air, sehingga menambah angka realitas tingkat kebocoran ini. ”Tetapi penghitungannya lebih akurat. Memang konsekuensinya, angkanya jadi tinggi, sekitar 44 persen. Perhitungan ini jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya yang belum semua terpasang meter induk,” tuturnya. Dia menuturkan, pemasangan meter induk menjadi syarat pihaknya mengikuti program hibah air minum berbasis kinerja dari IUWASH Seco, kemitraan USAID dan Seco. Ada target yang harus dicapai saat mengikuti program ini, yakni dapat menurunkan angka kebocoran 2-3 persen per tahun. ”Berdasarkan pengalaman, menurunkan angka kebocoran 1-2 persen per tahun saja sulit. Tapi, kami optimis mampu mencapainya dengan cara-cara yang nanti akan kita lakukan,” katanya didampingi Staf Ahli Bidang Teknik PDAM Kota Magelang, Suroso. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: