Talkshow Online Serasi Bahas Pangan, Mencipta Lumbung, Menghadang Mendung

Talkshow Online Serasi Bahas Pangan, Mencipta Lumbung, Menghadang Mendung

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Program Semangat Rakyat Beraksi (Serasi) Wonosobo yang dimotori para aktifis di berbagai bidang termasuk perempuan dan anak, hukum, hingga aliansi media kembali gelar diskusi via Zoom kemarin. Talkshow yang dirangkum dalam topic Mencipta Lumbung, Menghadang Mendung tersebut diiikuti berbagai unsur elemen masyarakat selain komunitas, jurnalis, juga perwakilan Mahasiswa Wonosobo. Ketua Pokja III PKK Kabupaten Wonosobo, Siti Fatimah membuka talkshow dengan menjabarkan program pokok PKK yang salah satunya adalah menjaga Ketahanan Pangan. Yakni adanya surat edaran menyeluruh untuk mendorong para anggota PKK di desa menanam di Pekarangan. Program dengan nama Hatinya PKK itu memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk ditanami sayuran. “Dengan ini, kita tidak harus berbelanja kewarung ataupun ke pasar. Seperti kita ketahui ada contoh ibu rumah tangga yang tidak kemana mana tetapi terkena virus corona. Setelah diselidiki ternyata karena uang kembalian dari tukang sayur. Ini mampu mengurangi resiko dari ancaman covid-19,” ungkapnya. Dipilihnya topik lumbung pangan disebut koordinator Serasi, M Ihsanuddin, sejarah peradaban yang juga dikisahkan pada Masa Sultan Agung yang kalah dalam peperangan karena lumbung pangan di setiap medan peperangan dihancurkan oleh lawan. Adanya kesiapsiagaan lumbung pangan disebut perwakilan Dispaperkan, Kabid Ketahanan pangan Cuk Siswanto, untuk menyikapi situasi pandemi covid-19 yang bisa dimulai gerakan dari masyarakat untuk mengawal kemandirian dan membangkitkan budaya pangan lama. Baca Juga Kuras Sumur, Tiga Orang Hirup Gas Beracun, Satu Meninggal “Hari ini di masa pandemi covid-19 kita diingatkan kembali dengan istilah lumbung untuk menjaga ketahanan pangan. Wonosobo merupakan daerah Agraris sehingga pada tahun 2020 ini masih Surplus untuk pangan. Berdasarkan masa produksi kita masih diangka 95 ton untuk beras dengan kebutuhan konsumsi hanya sekitar 80-an ton. Sementara sayur mayur disini sangat melimpa,” ungkap Cuk Siswanto. Sedangkan menurut narasumber dari Dena Upakara, Suster Fransiska PMY, di masa pandemi masyarakat dituntut untuk merubah tatanan dari yang biasanya boros menjadi hemat, dari yang biasanya hanya untuk kepentingan diri sendiri saatnya untuk berbagi. Masyarakat juga dituntut berinovasi dalam mengembangkan produk yang diminati saat ini dan tahan dalam jangaka panjang. “Berbagai produk seperti kue kering dari sayuran karena di sini sangat berlimpah. Disisi lain kita mencoba memanfaatkan sejengkal tanah untuk budidaya pertanian disekitar rumah kita.  Di masa Pandemi COVID 19 ini kita dituntut untuk lebih mandiri, dan terus meningkatkan semangat berbagi,” katanya. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: