Tanaman Padi di Temanggung Ambruk, Petani Panen Dini

Tanaman Padi di Temanggung Ambruk, Petani Panen Dini

MAGELANGEKSPRES.COM,TEMANGGUNG - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung memastikan ambruknya tanaman padi di sejumlah daerah tidak mempengaruhi pasokan pangan di kabupaten penghasil tembakau itu. Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan PanganTemanggung Joko Nyoto Prabowo mengatakan, mayoritas tanaman padi yang ambruk itu sudah memasuki usia panen raya, sehingga pengaruhnya sangat sedikit terhadap persediaan pangan untuk Kabupaten Temanggung. \"Jadi tanaman padi yang ambruk itu sudah bisa dipanen dan padinya juga berkualitas bagus. Sangat tidak berpengaruh terhadap pasokan pangan di tahun ini,\" tuturnya saat ditemui diruang kerjanya, Selasa (18/2). Menurutnya, ambruknya tanaman padi ini pengaruhnya hanya dikisaran angka 1 persen saja, bahkan bisa kurang dari itu. Masih kalah jika ada serangan hama dan hewan baik itu tikus maupun burung. \"Lebih berbahaya serangan hama dan hewan daripada ambruk seperti ini, kalau tanaman padi terserang hama tikus atau burung emprit kegagalan bisa dialami petani,\" terangnya. Baca Juga Tertimbun Longsoran, Penambang Pasir Merapi Lolos dari Maut Ambruknya tanaman padi disejumlah daerah di Temanggung itu lantaran, cuaca yang terjadi akhir-akhir ini cukup ekstrim. Hujan disertai angin sering terjadi, sehingga tanaman padi yang sudah siap panen ambruk karena dihempas angin. Menurutnya, sampai saat ini produktivitas tanaman padi di Temanggung rata-rata masih berada di angka 6,4 ton gabah kering panen (GKP) untuk setiap hektarnya. Produktivitas tanaman padi ini baik untuk musim tanam pertama maupun musim tanam kedua. \"Dengan perawatan yang bagus, maka produktivitas padi tidak akan terganggu, kecuali jika ada serangan hama atau penyakit yang tidak terduga,\" tuturnya. Beberapa daerah di Temanggung yang tanaman padinya ambruk karena angin dan hujan diantara di Kecamatan Tembarak, Selopampang, Jumo, Kecamatan Kedu, dan sejumlah kecamatan lainnya. \"Cukup banyak yang ambruk tapi kalau luasan pastinya masih dalam pendataan, pengaruhnya juga tidak terlalu banyak,\" katanya. Sunaryo (48) salah satu petani di Kecamatan Tembarak mengungkapkan, dirinya terpaksa memanen padi miliknya meskipun usianya masih belum memasuki masa panen. Sebab sebagian tanaman padi miliknya sudah ambruk tersapu angin. \"Sebenarnya dua atau tiga hari lagi sudah memasuki usia panen raya, namun karena sebagian padi sudah ambruk ya terpaksa saya panen,\" tuturnya. Memang diakuinya, dengan dilakukannya panen lebih dini ini akan sedikit mempengaruhi kualitas gabah, namun daripada gabah yang sudah ambruk menjadi busuk. Maka lebih baik dipanen lebih dini. \"Nanti pengaruhnya pada harga jual gabah, tetapi juga tidak banyak. Apalagi jika pengeringannya bisa bagus,\" tuturnya. Terkait dengan harga, saat ini harga GPK mencapai Rp4.400 per kilogram hingga Rp4.700 per kilogram. Sedangkan harga beras berkisar Rp9.500 hingga Rp10.000 perkilogram. Harga tersebut sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya. \"Kualitas memang agak turun, sehingga harga turun. Tetapi untuk kualitas bagus, harga gabah juga naik. Untuk panen Maret diperkirakan sudah bagus seiring intensitas hujan dan rendahnya kadar air, \" katanya.(set)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: