Tradisi Wiwit Petik Kopi Digelar Sederhana
MAGELANGEKSPRES.COM,GEMAWANG - Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tradisi wiwit petik kopi di Desa Muncar Kecamatan Gemawang dilakukan dengan cara yang lebih sederhana, dari tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian petnai tetap berharap harga kopi bisa terus membaik. Sutrisno Ketua Kelompok Tani Amrih Mulyo desa setempat menuturkan, tradisi wiwit petik kopi ini sebenarnya sudah menjadi agenda tahunan. Tradisi ini dilakukan saat petani akan memulai panen raya kopi di setiap tahunnya. \"Sudah menjadi tradisi petani kopi di desa kami, jadi setiap tahun pasti dilaksanakan,\" tuturnya, kemarin. Namun katanya, saat ini tradisi itu tidak bisa dilakukan, karena kondisi saat ini yang tidak memungkinkan untuk menggelar tradisi seperti biasanya. \"Kondisi saat ini yang tidak mendukung dan tidak memungkinkan untuk menggelar tradisi wiwit petik kopi, karena saat ini Temanggung masih masuk dalam zona kuning pandemi Covid-19,\" tuturnya. Baca Juga Buka Perdana Setelah Tiga Bulan Tutup, Pasar Kali Pong Ramai Pengunjung Biasanya lanjut Sutrisno, tradisi wiwit petik kopi dilakukan dengan berbagai agenda kegiatan, seperti kirab budaya, pertunjukan kesenian daerah hingga acara inti yakni wiwit petik kopi. Namun agenda-agenda kegiatan tersebut tidak bisa dilakukan karena dipastikan akan menimbulkan kerumunan dan keramaian. Tidak hanya itu, biasanya setiap tradisi wiwit petik kopi juga dihadiri oleh pejabat-pejabat tingkat kabupaten, seperti Bupati dan Wakil Bupati serta pejabat pemerintahan lainnya. \"Kami menyadari saat ini memang segala bentuk kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan dan keramaian sedang tidak diperbolehkan, upaya ini untuk mencegah penyebaran Covid-19. Dan kami mematuhi aturan tersebut,\" tuturnya. Oleh karena itu, tradisi wiwit petik kopi tahun ini hanya dilakukan dengan memanjat doa bersama di kebun kopi dan dilanjutkan dengan pemetikan kopi awal menjelang panen raya. Namun demikian, kegiatan tidak mengurangi niat para petani untuk meminta keberkahan dari hasil kopinya. \"Sangat sederhana sekali, semoga saja hasil panen kopi tahun ini lebih baik, petani sehat dan pandemi ini bisa segera berakhir,\" harapnya. Salah satu petani kopi, Wadek menuturkan, produksi kopi di tahun ini diperkirakan akan mengalami penurunan hingga 30 persen. Penurunan produktivitas ini karena cuaca yang tidak mendukung saat kopi masuk dalam tahapan pembuahan pada tahun 2019 lalu. \"Karena faktor cuaca, saat masuk dalam pembuahan belum ada hujan, sehingga pembuahannya tidak bisa maksimal. Tahun 2019 kan terjadi kemarau panjang sampai Bulan Januari 2020 hujan baru mulai merata di semua daerah,\" ceritanya. Wadek juga mencontohkan, jika di tahun 2019 lalu dalam satu hektar tanaman kopi dengan jumlah sebanyak 1.000 pohon, maka bisa memproduksi kopi kurang lebih 5 ton kopi basah. Namun saat ini diperkirakan akan turun hingga 30 persen. \"Bisa dilihat langsung dari buahnya, kalau tahun lalu dalam satu pohon kopi itu hampir semua rantingnya ada kopi namun sekarang tidak semua ranting ada buah kopinya,\" tutupnya. (set)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: