UGM Teliti Sampah BSF di Pasar Gotong Royong
MAGELANG SELATAN - Salah satu hasil riset unggulan daerah (RUD) Kota Magelang untuk mereduksi sampah di pasar tradisional yakni Black Soldier Fly (BSF) atau lalat serdadu hitam, kini kondisinya sangat memprihatinkan. Bahkan, BSF yang sudah terpasang di Pasar Gotong Royong, Magelang Selatan, beralih fungsi menjadi tempat jemuran. Kondisi tersebut ditemukan tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta, saat melakukan evaluasi penelitian bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kota Magelang. Tim peneliti dari UGM itu antara lain Agus Prasetya PhD, Fajar Marendra MSc, Anggung Rahmada MSc, dan Haris Joni Rimbawan MEng. \"Beberapa kendala yang kami temukan, di antaranya banyak sekali lubang tikus, bagian kandang rusak, sehingga mudah dihinggapi hewan-hewan dari luar,\" kata Agus saat memberikan evaluasi dalam paparan Optimalisasi Bio Konversi Sampah Organik Pasar dengan BSF di Galeri Inovasi, Kota Magelang, Selasa (24/9). Termasuk, katanya, pengalihan fungsi. Warga pasar bahkan menggunakan kandang BSF untuk tempat jemuran. Menurut Agus, hal itu terjadi karena dari sisi fungsi BSF sendiri belakangan kurang optimal. \"Kami memberikan evaluasi antara lain, agar kesadaran warga juga tinggi, maka diperlukan optimalisasi BSF. Bisa lewat sosialisasi dan perbaikan-perbaikan BSF. Nantinya, masyarakat akan sadar kalau tempat BSF itu fungsinya sebagai residu dari sampah pasar,\" ujarnya. Ia juga menyarankan, Pemkot Magelang menambah penutup untuk mereduksi sinar matahari. Sebab, dengan terkena sinar matahari secara langsung maka suhu akan terlalu panas dan membunuh manggot (belatung BSF). \"Perbaikan instalasi menjadi kewajiban Pemkot Magelang karena manggot itu sangat peka terhadap sinar matahari dan kelembaban. Perlu diperhatikan juga pola pemberian pakan, dan mencegah gangguan predator dari luar seperti hama burung,\" ucapnya. Sementara itu, Kepala Balitbang Kota Magelang, Arif Barata Sakti mengatakan bahwa metode BSF masuk dalam kegiatan RUD dan menjadi kegiatan rutin yang dimulai sejak tahun 2010. RUD ini bertujuan untuk mewadahi para peneliti dalam melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan hingga penerapan teknologi daerah. \"Melalui kegiatan ini, kita juga mendorong partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah pembangunan daerah yang sangat mendesak. Serta membangun jaringan kerja sama antara peneliti dengan pemerintah daerah,\" jelasnya. Hasil dari penelitian yang dilakukan, nantinya akan menjadi bahan acuan dan pertimbangan pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan. Hal ini, terutama OPD, diharapkan mampu melakukan langkah mengacu pada pedoman yang bisa dipertanggungjawaban secara akademis. \"Semua diseleksi oleh tim juri dari Kemenristekdikti, Bappeda, Disperindag, Dispertan dan akademisi UGM,\" sebutnya. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: