Tiket Borobudur Mahal, Kota Magelang Harus Siapkan Filosofi Tampung Wisatawan

Tiket Borobudur Mahal, Kota Magelang Harus Siapkan Filosofi Tampung Wisatawan

PRASASTI. Di kompleks Pendopo Mantyasih terdapat prasasti tentang sejarah Kota Magelang di zaman Kerajaan Medang atau Mataram Kuno pada abad ke-9 masehi.(foto : wiwid arif/magelang ekspres)-Tiket Borobudur Mahal, Kota Magelang Harus Siapkan Filosofi Tampung Wisatawan-Magelangekspres.com

KOTA MAGELANG– Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Magelang memprediksi kenaikan tiket zona inti Candi Borobudur mencapai Rp750 ribu akan berdampak pariwisata di wilayah penyangga, seperti Kota Magelang.

Anggota Komisi C DPRD Kota Magelang, Marjinugroho menilai, sebagai daerah penyangga, sudah pasti kota seluas 18,56 kilometer persegi ini akan terdampak kenaikan tiket Candi Borobudur.

”Selama ini turis asing dan lokal juga singgah di Kota Magelang setelah dari Borobudur. Adanya kenaikan tiket, sudah pasti akan berdampak bagi pariwisata di Kota Magelang, baik positif maupun negatifnya,” kata Marjinu, kepada wartawan, Selasa (7/6).

Sisi baiknya, apabila pengunjung Borobudur kalangan tertentu yang merasa berat dengan tiket Rp750 ribu, akan memilih di pelataran saja yang harga tiketnya Rp50 ribu dengan durasi yang tidak terlalu lama.

Lalu, sisa waktu itu, dipilih pengunjung untuk menyambangi tempat-tempat wisata sekitar Borobudur, termasuk ke Kota Magelang. Hal ini, lanjutnya, bisa dimanfaatkan Pemkot Magelang untuk memperkuat destinasi wisata.

”Bagi pengunjung yang memanfaatkan area pelataran candi, tentu waktu yang dibutuhkan pun sedikit, sehingga mereka masih bisa berkunjung ke destinasi lainnya. Ini keuntungannya, sehingga Kota Magelang harus bisa menangkap peluang ini,” jelasnya.

Namun sisi buruknya, dampak kenaikan tiket akan berimbas pada turunnya wisatawan ke Borobudur. Padahal selama ini, Kota Magelang masuk dalam daerah penyangga Destinasi Super Prioritas Borobudur.

”Strategi penguatan destinasi wisata bisa dilakukan Pemkot Magelang dengan menggaungkan filosofi-filosofi di dalamnya. Seperti wisata budaya dan sejarah yang selama ini belum tergarap maksimal,” tandasnya.

Marjinu menjelaskan bahwa ada kaitan erat antara Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-8, Candi Prambanan, dan Mantyasih. Desa Mantyasih sendiri, merupakan desa perdikan pertama yang sampai sekarang dijadikan acuan penetapan hari jadi Kota Magelang, pada tahun 907.

”Prasasti Mantyasih seringkali digunakan arkeolog untuk menentukan peradaban Kerajaan Medang yang dipimpin oleh raja pertama, yaitu Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Semestinya dengan kekayaan sejarah ini, Kota Magelang bisa memperkuat filosofi, karena ini sangat berpeluang menjadi destinasi wisata,” ungkapnya.

Marjinu menyambut positif rencana kenaikan tiket masuk area inti Borobudur, karena dengan begitu, pembelajaran tentang Borobudur akan semakin berkembang dan berkualitas.

”Kota Magelang bisa menerima dampak positifnya, karena Borobudur tidak akan pernah lepas dengan peradaban pertama Kerajaan Medang, Wangsa Syailendra, dan Wangsa Sanjaya. Semoga saja akan banyak sejarawan, peneliti, arkeolog, yang mulai tertarik untuk mengungkap Mantyasih, atau Kampung Meteseh, Kelurahan Magelang ini, sehingga akan semakin dikenal di kancah luas,” imbuhnya. (wid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com