Jurus Inovatif Kekompakan Masyarakat dan Pemkot Magelang Tepis Ancaman Darurat Sampah

Jurus Inovatif Kekompakan Masyarakat dan Pemkot Magelang Tepis Ancaman Darurat Sampah

PILAH. Sampah anorganik dipilah para ibu rumah tangga yang terlibat aktif di bank sampah.(foto : prokompim kota magelang)-Pemkot Magelang-Magelangekspres.com

INOVASI menjadi ikhtiar warga maupun pemerintah di Kota Magelang untuk menghindari potensi darurat sampah. Kekompakan keduanya menjadi kunci keberhasilan strategi yang akan dijalankan.

Di satu sisi, pemerintah memaksimalkan pemanfaatan teknologi di sektor hilir, berupa efisiensi sampah di tempat pengelolaan sampah akhir (TPSA) Kota Magelang. Sedangkan masyarakatnya terlibat aktif dalam reduksi sampah di sektor hulu.

Dua peran kunci tersebut sebenarnya sudah digencarkan di Kota Magelang, mengingat TPSA Kota Magelang di Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang telah dinyatakan kelebihan kapasitas sejak lima tahun lalu.

Di kawasan hilir, Pemkot Magelang melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mampu menerapkan penggunaan teknologi dalam proses pengelolaan sampah. Setiap satu sel tumpukan sampah diolah, diratakan dengan alat berat, dan ditunggu selama beberapa hari. Sembari mengelola satu sel, maka sel lain dipersiapkan untuk menampung sampah.

Nyatanya, strategi itu berhasil memperpanjang umur TPSA walaupun belum cukup. Masih dibutuhkan inovasi dua arus hulu dan hilir agar upaya reduksi sampah benar-benar maksimal.

Salah satu strategi pamungkas sektor hulu yang ditempuh adalah mengaktifkan lagi keberadaan bank sampah di Kota Magelang. Lewat bank sampah, masyarakat berperan penting menjalankan taktik 3R (reuse, reduce, recycle).

Bank sampah menjadi inovasi yang dijalankan di Kota Magelang sejak tahun 2012 silam. Keberadaannya sukses mengurangi jumlah produksi sampah, terutama sampah rumah tangga.

Namun, semenjak pandemi Covid-19, terjadi penyusutan aktivitas bank sampah di Kota Magelang. Kini perlahan tradisi masyarakat Kota Magelang itu mulai dibangkitkan lagi. Salah satunya, Pemkot Magelang kembali membuka lomba bank sampah tingkat kota dan lomba Sekolah Adiwiyata.

Tidak hanya itu, peran Bank Sampah Induk Tidar Lestari juga digencarkan. Hampir setiap hari, pengurus Bank Sampah Induk mendatangi bank sampah di tingkat RW untuk menebar semangat dan motivasi.“Sekarang sudah mulai banyak yang minta pendampingan lagi.

Di Kota Magelang sendiri terdapat 164 bank sampah yang terdiri dari bank sampah tingkat RW, bank sampah Organisasi Perangkat Daerah (OPD), bank sampah BUMD, dan sekolah-sekolah,” kata Koordinator Bank Sampah Induk Tidar Lestari, Henny Handayani, Minggu (23/7).Henny menyebut, dari ratusan bank sampah itu, yang benar-benar aktif menyetorkan sampah hanya sekitar 40 persennya atau 70-an bank sampah saja.“Oleh karena itu, kita akan genjot lagi supaya pulih seperti semula,” ujarnya.

Banyak keuntungan yang didapat warga dengan mengaktifkan bank sampah. Apalagi Pemkot Magelang sudah menjaminnya dengan sentuhan program dana Rp30 juta per tahun per RT atau Rodanya Mas Bagia (Program Pemberdayaan Masyarakat Maju Sehat dan Bahagia).“Kebanyakan masyarakat kurang memahami kalau Rodanya Mas Bagia ini sebenarnya bisa dialokasikan untuk pemberdayaan bank sampah. Ini juga kami sosialisasikan ke masyarakat agar mulai tahun depan bisa dimasukkan di rencana kerja masyarakat (RKM),” tandasnya.

Henny menuturkan, bank sampah menjadi inovasi mereduksi sampah dari hulu. Upaya ini sangat strategis untuk menghindari Kota Magelang diambang darurat sampah.

Terlebih dia menilai bahwa kultur masyarakat Kota Magelang yang cenderung tidak konsumtif. Ini membuat dominasi sampah rumah tangga adalah sampah jenis organik yang sebenarnya mudah diolah.“Cukup mudah mengatasi sampah organik karena prosesnya cepat. Di satu sisi, budidaya maggot yang sudah mulai marak di Kota Magelang, sehingga saya yakin kalau darurat sampah belum akan terjadi,” ungkapnya.

Dia juga menilai, semangat para pengurus bank sampah yang ada di naungan bank sampah induk, perlahan sudah tersadar kembali. Meskipun bukan pekerjaan profesional, tetapi ia merasa perlu memberikan apresiasi.“Para pengurus bank sampah itu tidak mencari tambahan penghasilan. Kalau dihitung pendapatannya tidak seberapa dari bank sampah ini. Hanya saja, kesadaran masyarakat kota cukup tinggi, memedulikan lingkungan, sekaligus menanamkan edukasi kepada anak-anak agar peduli terhadap sampah dan lingkungan,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com