Bisnis Tanaman Hias Jadi Penopang Jumadhi Tetap Bertahan Selama Pandemi
PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.COM - Pagebluk Covid-19 menjadi hantaman keras bagi dunia usaha. Tak terkecuali usaha percetakan yang dirasakan oleh owner Idesain, Jumadhi. Beruntung, ketika bisnisnya surut ia memiliki celengan aneka tanaman hias yang mampu menopang hidup keluarga serta usahanya. LUKMAN HAKIM, Purworejo Puluhan jenis tanaman hias berbagai jenis dan ukuran tertata rapi di Sahabat Flora yang berada tepat di halaman belakang ruko Idesain di Ring Road Utara, Jalan KH Zarkasyi Km 03, Lugosobo Purworejo. Ukuran kebunnya memang kecil. Hanya 7 x 5 meter. Tapi jangan disepelekan. Dari pekarangan ini Sahabat Flora berhasil membukukan cuan hingga jutaan rupiah perbulan. Ditemui Purworejo Ekspres, Minggu (8/8) lelaki 30 tahun tersebut tampak sedang sibuk merawat babon monstera deliciosa varigata. \"Anakannya baru laku semalam. Dibeli orang Magelang, Rp 6.750.000,\" katanya seraya menyebut jika si pembelinya itu belanja beberapa jenis tanaman lain. \"Total habis 9 jutaan. Katanya mau di jual lagi,\" imbuhnya. Dikatakannya, monvar nama karib monstera deliciosa varigata itungan jualannya per daun. Satu daunnya antara Rp 1,5 - 2 jutaan. Tergantung warna daun dan kualitas tanamannya. \"Sebenarnya sayang juga sih melepas monvar karena kebetulan saya juga sangat menyukainya. Tapi karena terbentur kebutuhan, terpaksa saya lepas. Toh ini masih ada indukannya,\" katanya. Jumadhi memang telaten membudidayakan tanaman-tanaman hightclass itu. Jika saat ini ada belasan jenis tanaman seperti Monvar, Philodendron Billieteae, Paraiso Verde, Verrucosum, Pink Princes, Alocasia PNG, Zebrina, Tandurusa, Stingray, Aglaonema, Caladium, Agave, Sansiviera hingga cactus di belakang rukonya, tidak lain adalah buah dari keuletan yang berangkat dari hobi yang ia geluti sejak 2018 silam. \"Kebetulan saya mainan tanaman ini sejak sebelum booming. Dan memang karena suka. Tidak berniat mau jualan,\" imbuhnya. Ketika nemu ada tanaman bagus di marketplace ia beli. Harganya masih murah karena saat itu belum booming. Dari satu indukan itu kemudian dikembangbiakkan dan lama kelamaan koleksinya juga semakin bervariasi. \"Beruntung, saat mulai booming itu saya sudah memiliki banyak stok. Saat itu mulailah ada yang nyari mau membeli. Ada juga yang hasil barter dengan teman untuk menambah koleksi,\" katanya. Diakuinya, karena harga yang ditawarkan relatif tinggi, marketshare dari bisnis tanaman hiasnya itu mayoritas di lingkungan komunitas atau kolektor. Untuk masyarakat umum, jualan tanaman jenis ini tidak masuk. \"Terlebih musim pandemi seperti sekarang ini, tentu hanya kalangan tertentu atau yang benar-benar penghobi yang masih longgar untuk membeli tanaman dengan harga yang relatif mahal,\" katanya. Meski sasaran pasarnya sangat terbatas, namun ia bersyukur dari hasil hobinya itu sedikit banyak mampu menopang usaha percetakan yang lagi lesu maupun menambah penghasilan keluarga. \"Selama pandemi ini memang penghasilan dari bisnis cetak menurun drastis. Alhamdulillah dari bisnis tanaman ini ternyata bisa memberikan subsidi operasional usaha untuk menggaji karyawan maupun membayar listrik,\" terangnya. Jumadhi mengaku kecintaannya terhadap dunia flora sebenarnya memang sejak lama bersemi dalam dirinya. Saat usahanya sudah mulai jalan dan dirinya memiliki penghasilan yang lumayan, pelan-pelan ia mulai merealisasikan hobinya itu. \"Selain karena suka, saya juga mengikuti trend global yang mungkin belum booming di Indonesia. Alhamdulillah feeling saya menjelang pandemi lalu agak pas. Ketika pasar global nampaknya trend di tanaman daun, saya mencoba mengikutinya. Alhamdulillah dari hasil penangkaran tanaman indukan beberapa tahun lalu sudah beranak pinak menjadi banyak,\" ujarnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: